Tribratanews.polri.go.id - Jakarta. Kementerian Energi dan Sumber Daya Mineral Republik Indonesia, menggenjot target lifting minyak dan gas bumi (migas) nasional. Sebab, target sebesar 1 juta barel per hari pada tahun 2030 tidak lagi dapat dicapai dengan cara-cara konvensional.
"Kami dari Kementerian ESDM terpaksa melakukan hal-hal yang di luar kelaziman. Karena kalau hal-hal yang lazim, rasanya lifting kita akan seperti itu saja," ujar, Menteri ESDM, Bahlil Lahadalia, S.E., dilansir dari laman RRI, Kamis (22/5/25).
Dalam kesempatannya ia mengungkapkan bahwa diperlukan langkah-langkah inovatif di luar kebiasaan agar sasaran tersebut benar-benar terpenuhi. Untuk menggenjot lifting migas, Kementerian ESDM menetapkan tiga pilar strategi utama.
Pertama, optimalisasi produksi dengan penerapan teknologi mutakhir, termasuk metode Enhanced Oil Recovery (EOR) dan peralihan teknik pengeboran vertikal ke horizontal. Terobosan Ini terbukti mampu meningkatkan perolehan minyak dari cadangan yang ada.
Kedua, reaktivasi sumur-sumur migas yang sudah lama idle (tidak aktif) untuk memaksimalkan produksi lapangan yang selama ini kurang terjamah. Ketiga, eksplorasi intensif terhadap cekungan-cekungan migas yang belum tergarap.
Dari 128 cekungan di seluruh Indonesia, sebanyak 68 di antaranya masih menyimpan potensi besar yang belum dimanfaatkan. Sisi lain, pemerintah menyiapkan berbagai insentif demi menarik minat investor.
Antara lain, peningkatan bagi hasil migas kepada kontraktor hingga 50 persen. Pun peningkatan Internal Rate of Return (IRR) proyek hulu migas menjadi sekitar 15-17 persen.
"Kita memberikan satu formulasi sweetener yang ekonomis. Jadi target negara bisa ditingkatkan lifting, tetapi para Kontraktor Kontrak Kerja Sama (KKKS) juga tidak rugi," jelasnya.
(fa/hn/rs)