Tribratanews.polri.go.id - Jakarta. Fenomena munculnya bibit siklon dan siklon tropis, dinilai menjadi kejadian baru yang terjadi di sekitar wilayah Indonesia. Hal tersebut bukanlah hal yang baru terjadi di Indonesia.
Deputi Bidang Meteorologi BMKG, Guswanto, menegaskan, kemunculan siklon tropis di sekitar Indonesia bukanlah anomali. Karena, fenomena tersebut memiliki pola periodik yang berulang setiap tahun.
“Siklon tropis di wilayah Indonesia memiliki periodisasi, belahan Bumi utara itu terjadi di bulan Juni hingga Desember. Kemudian, periodisasi selatan, di belahan Bumi selatan itu terjadi Desember-April, terdapat satu bulan 'overlapping' bulan Desember,” ujarnya, dilansir dari laman RRI, Sabtu (13/12/25).
Ia menjelaskan, periode tumpang tindih tersebut memungkinkan siklon tropis terbentuk bersamaan di wilayah utara dan selatan Indonesia. Kondisi inilah yang menyebabkan kemunculan siklon tampak lebih sering dalam beberapa pekan terakhir.
“Seperti saat beberapa minggu yang lalu, itu terjadi di utara ada siklon tropis di selatan juga terjadi. Sehingga itu akan sering terjadi,” jelasnya.
Ia menerangkan, siklon tropis terbentuk akibat gangguan atmosfer di atas perairan laut yang hangat. Proses ini sangat dipengaruhi oleh pergerakan semu matahari yang saat ini berada di belahan bumi selatan.
“Penyebabnya ini terbentuk dari gangguan atmosfer di atas laut yang hangat, kalau kita kaitkan dengan gerak semu matahari. Saat ini gerak semu matahari akan sampai 22 Desember berada di sebelah selatan, titik terjauh,” ujarnya.
Ketika matahari berada di posisi tersebut, pemanasan wilayah selatan Indonesia meningkat. Kondisi itu mendorong kenaikan suhu permukaan laut hingga ambang batas pembentukan siklon.
“Dan nanti dia akan bergerak kembali menuju ekuator. Saat itu akan terjadi banyak pemanasan, sehingga suhu permukaan air laut itu bisa menjadi 26,5 derajat atau lebih tinggi,” jelasnya.
Menurut dia, suhu laut yang hangat menyediakan energi panas dan kelembaban tinggi bagi atmosfer. Kondisi ini menjadi bahan bakar utama terbentuknya awan konvektif yang memicu cuaca ekstrem.
Sementara, Badan Nasional Penanggulangan Bencana (BNPB) mengimbau pemerintah daerah dan masyarakat meningkatkan kewaspadaannga. Yakni, terhadap potensi banjir, tanah longsor, dan cuaca ekstrem lainnya.
Imbauan ini disampaikan melalui akun Instagram resmi BNPB (@bnpb_indonesia), dikutip Jumat (12/12/25). BNPB meminta, BPBD provinsi dan dinas terkait mendampingi BPBD kabupaten/kota dalam menyiapkan langkah konkret menghadapi potensi cuaca ekstrem.
Hal ini mencakup identifikasi risiko, pemantauan cuaca dan penyebaran informasi peringatan dini. Hingga, kata BNPB, pentingnya kesiapsiagaan respons.
(fa/hn/rs)