Tak Disangka, Ini Ternyata Keistimewaan Kopi Asli Asal Toraja

30 January 2024 - 07:15 WIB
The Editor

Tribratanews.polri.go.id - Jakarta. Tak hanya rempah-rempah yang populer, biji kopi asal Indonesia juga mendunia. Salah satunya biji kopi asli Toraja yang punya keistimewaan ini.

Memiliki unsur hara dan karakteristik tanah tertentu membuat Indonesia juga populer dengan hasil panen kopinya. Lokasi, ketinggian, dan tanaman pendamping yang beragam mempengaruhi rasa dari biji kopi yang dihasilkan.

Tanah di Indonesia mampu menghasilkan biji kopi dengan karakter-karakter tertentu. Karakteristik yang unik ini membuat kopi asal Indonesia berjaya dan populer di pasar kopi dunia.

Dilansir dari Specialty Coffee, Minggu (28/1/24), berikut sederet keistimewaan biji kopi asal Toraja, antara lain:

1. Keunikan wilayah tanam

Toraja merupakan biji kopi yang ditanam di dataran tinggi Sulawesi. Penanaman kopinya masih dilakukan secara tradisional dan menjadi bagian dari budaya suku Toraja di Sulawesi.

Baca Juga: Polres Ketapang Ringkus Dua Pembobol Toko Bangunan di Jalan MT Haryono Ketapang Ditangkap

Ketinggian di Toraja juga disebut memiliki lingkungan yang ideal untuk menanam kopi. Suhunya yang dingin membuat tanaman kopi matang dengan perlahan dan rasa alaminya berkembang dengan efektif.

Budaya menanam kopi di Toraja juga diturunkan dari generasi ke generasi. Karena pengolahan lahan yang tepat, kopi asli Toraja dapat menghasilkan jenis-jenis seperti arabika yang menjadi hasil panen terbanyak, robusta, serta liberika.

2. Ciri khas rasa

Kopi asli Toraja memiliki sentuhan rasa yang unik sehingga disukai penggemarnya. Mulai dari kepekatan, rasa yang keluar saat disesap, hingga aftertaste atau rasa yang ditinggalkan memiliki ciri khasnya masing-masing.

Kopi Toraja dipengaruhi oleh unsur hara dari gunung api di Sulawesi yang membuat hasil kopinya memiliki ciri yang pekat. Selain itu sentuhan rasa mirip kekacang-kacangan juga bisa dirasakan ketika pertama kali disesap.

Rasa kacang yang dihadirkan mirip dengan almond dan walnut. Selain itu karena ketinggian lahan perkebunan dan proses yang khas membuat kopi asli Toraja memiliki sentuhan buah-buahan yang segar seperti citrus, berry, dan buah tropis.

3. Teknik panen dan pengolahan

Walaupun mampu menghasilkan biji kopi dalam jumlah yang banyak, ternyata proses panen dan pengolahannya masih dilakukan secara tradisional. Mulai dari pemetikan hingga pengeringan dilakukan dengan teknik turun temurun yang diajarkan nenek moyang masyarakat Toraja.

Buah ceri kopi masih dipetik secara manual dengan tangan. Konon cara ini masih dipertahankan guna memastikan kematangan ceri yang dipetik sesuai dengan standar yang berlaku sesuai kepercayaan adat Toraja.

Memasuki proses pencucian, ceri kopi akan diolah dengan cara semi washed. Artinya kulit ari ceri akan dikupas tetapi getah buahnya akan dipertahankan dan ikut dikeringkan. Ritual pengeringan biji kopinya juga masih dilakukan secara manual menggunakan cahaya panas matahari saja.

4. Cara penyeduhan

Tak hanya sampai di situ, jika merujuk pada budaya dan adat Toraja ada beberapa hal yang harus diperhatikan saat menyeduh kopi. Proses menyeduh kopi di Toraja mirip seperti menghasilkan karya seni yang setiap komponennya perlu perhatian khusus.

Ukuran biji kopi harus digiling dengan tingkat coarse to medium yang artinya masih kasar. Konon tingkat kehalusan ini dapat memberikan hasil seduhan yang optimal untuk mengeluarkan rasanya.

Untuk cara penyeduhannya masyarakat Toraja punya banyak metode, mulai dari sederhana hingga paling rumit, tergantung dengan hasil kopi yang dingin dinikmati. Sementara durasi penyeduhan yang lebih lama dipercaya akan mengeluarkan cita rasa alami kopi yang lebih maksimal.

5. Pertanian yang ramah lingkungan

Masyarakat Toraja tidak hanya berorientasi pada hasil panen kopi yang melimpah. Permasalahan alam juga menjadi faktor yang dikritisi sehingga setiap tahapannya harus mengikuti aturan yang berlaku.

Kepedulian masyarakat Toraja pada lingkungan menjadi alasan utama seluruh proses penanaman, panen, hingga pengolahan kopi masih dilakukan secara manual. Mereka percaya tanah adat harus dijaga kemurniannya agar menghasilkan kopi yang terbaik.

Praktik penjualan kopi yang adil juga senantiasa diterapkan di Toraja, sehingga baik pembeli, petani, hingga distributor tidak ada yang dirugikan. Seluruh proses pengolahan kopi Toraja juga masih memanfaatkan tenaga warga lokal, sehingga semua pihak aktif berkolaborasi dalam menghasilkan kopi yang baik dan juga meningkatkan perekonomian daerah.

(sy/pr/nm)

Share this post

Sign in to leave a comment