Tribratanews.polri.go.id - Jakarta. Praktisi Kesehatan Masyarakat, Spesialis Kesehatan Jiwa dari Perhimpunan Dokter Spesialis Kedokteran Jiwa Indonesia (PDSKJI) Dr. dr. Khamelia Malik mengatakan terdapat paradoks pada kesehatan remaja yang terlihat sehat secara fisik.
"Angka kesakitan dan kematian di masa remaja meningkat hingga 200 persen pada akhir-akhir ini,” ujar dr. Khamelia, Jumat (13/10/2023).
dr. Khamelia mengatakan hal tersebut berbanding terbalik dengan masa remaja yang secara fisik merupakan periode paling sehat sepanjang hidup. Hal itu dilihat dari segi kekuatan, kecepatan, kemampuan penalaran, lebih tahan terhadap kondisi dingin, panas, kelaparan, dehidrasi, dan berbagai jenis cedera.
Salah satu penyebabnya, kata dia, karena ketidakmampuan dalam mengendalikan perilaku dan emosi yang mengakibatkan kesakitan dan kematian.
Baca Juga: Indonesia-Malaysia Patroli Bersama untuk Cegah Kejahatan Lintas Batas
dr. Khamelia menilai remaja pada saat ini menjadi sulit untuk dipahami. Alasannya, ada area otak yang mengalami maturasi lebih cepat dibandingkan dengan area lainnya.
"Otak remaja berkembang dalam keadaan konstan, yang berarti remaja lebih cenderung melakukan perilaku berisiko dan impulsif, kurang mempertimbangkan konsekuensi dibanding orang dewasa," tutur dr. Khamelia.
Untuk itu, dr. Khamelia mengimbau para orang tua untuk membimbing dan menjadi panutan para remaja dalam membangun kecerdasan emosi dan mengambil pilihan yang lebih sehat.
Menurutnya, orang tua atau guru perlu membantu remaja untuk mengevaluasi risiko dan mengantisipasi konsekuensi dari setiap pilihan yang diambil remaja.
"Selain itu juga mengembangkan strategi untuk mengalihkan perhatian dan energi ke aktivitas yang lebih sehat agar kesehatan mental juga terjaga," tutup dr. Khamelia.
(ndt/hn/nm)