Tribratanews.polri.go.id – Jakarta. Kementerian Pemberdayaan Perempuan dan Perlindungan Anak (KemenPPPA) mengajak semua pihak untuk memperkuat perlindungan terhadap kelompok rentan, terutama perempuan dan anak, untuk mewujudkan situasi penanggulangan bencana yang inklusif.
"Hari Kemanusiaan Sedunia bukan sekadar seremoni, melainkan pengingat bahwa semua pihak harus hadir untuk kelompok rentan, terutama perempuan dan anak," ujar Sekretaris Menteri PPPA, Titi Eko Rahayu, Jumat (22/8/2025).
Sekretaris Titi mengatakan Indonesia termasuk negara dengan risiko bencana tertinggi di dunia.
Berdasarkan data Badan Nasional Penanggulangan Bencana (BNPB), sepanjang 2024, terjadi lebih dari 3.200 bencana yang tidak hanya merusak infrastruktur, tetapi juga menimbulkan dampak sosial yang serius.
"Perempuan dan anak adalah kelompok yang paling rentan dalam situasi darurat. Mereka sering kehilangan akses terhadap layanan dasar dan menghadapi risiko kekerasan yang lebih tinggi. Berdasarkan hasil Survei Pengalaman Hidup Perempuan Nasional (SPHPN) tahun 2024, menunjukkan 1 dari 4 perempuan pernah mengalami kekerasan," jelas Sekretaris Titi.
Menurut Sekretaris Titi, risiko kekerasan terhadap perempuan dan anak meningkat tajam dalam kondisi bencana, ketika ruang aman berkurang dan mekanisme perlindungan melemah.
KemenPPPA juga telah memperkuat layanan perlindungan, salah satunya melalui SAPA 129 yang beroperasi 24 jam via telepon maupun WhatsApp yang dapat diakses pada nomor 08111-129-129.
Layanan ini memungkinkan masyarakat untuk melaporkan kekerasan terhadap perempuan dan anak secara cepat, dengan tindak lanjut berupa pendampingan hukum, perlindungan, serta dukungan psikososial.
(ndt/hn/rs)