Beberapa Tradisi-tradisi di Indonesia Saat Menyambut Bulan Ramadan

26 March 2023 - 08:20 WIB
Tribun

Tribratanews.polri.go.id - Indonesia memang kaya akan budaya. Begitu juga tradisi daerahnya dalam menyambut bulan Ramadan. Tiap daerah di Indonesia memiliki cara unik masing-masing dalam menyambut bulan suci ini. Tradisi tersebut tentu saja dibuat karena terdapat makna didalamnya.

Biasanya, tradisi di tiap daerah ini dilakukan sehari sebelum memasuki bulan Ramadan di Indonesia. 

Baca juga : Berikut Tujuh Destinasi Wisata Cantik di Nusa Penida Bali

nilah tradisi saat menyambut bulan Ramadan diansir dari bandungbarat.suara.com:

1. Tradisi Kirab Dandangan-Kudus

Tradisi dandangan merupakan tradisi yang berasal dari daerah Kudus. Dandangan diyakini sebagai sebuah tradisi peninggalan Sunan Kudus sejak 450 tahun lalu yang dilakukan untuk menyambut datangnya awal Ramadan.

Dulunya, pengumuman awal bulan puasa dilakukan oleh Jakfar Sodiq melalui pengeras suara di Menara Kudus sambil diiringi tabuhan bedug Masjid yang berbunyi bedug “dang dang dang”. Itulah yang kemudian kerap disebut dandangan.

2. Tradisi Munggahan-Jawa Barat

Masyarakat sunda di Jawa Barat pada umumnya menyambut kedatangan bulan puasa melalui tradisi munggahan. Acara munggahan terdiri dari kegiatan kumpul keluarga besar, sahabat, dan teman-teman untuk saling bermaaf-maafan sambil menikmati sajian makanan khas.

Maksud tradisi ini adalah untuk mempersiapkan diri menuju puasa sebulan penuh. Munggahan dilakukan oleh hampir semua golongan masyarakat sunda menggunakan caranya masing-masing. Sebuah acara makan bersama yang dalam istilah orang sunda disebut botram dilakukan sambil bertamasya baik di pegunungan, sawah, tempat wisata lainnya.

3. Tradisi Pacu Jalur-Kabupaten Kuantan

Pacu jalur merupakan sebuah tradisi yang berasal dari Kabupaten Kuantan Singingi, Provinsi Riau. Jalur adalah perahu besar yang dapat memuat empat puluh sampai lima puluh orang anak pacu, sedangkan pacu artinya lomba adu cepat.

Anak pacu adalah sebutan untuk orang yang mengendarai perahu tradisional tersebut. Jalur dibuat dari batang pohon Borneo atau kuli-kulian yang memiliki panjang 30 meter.

Tradisi ini mirip seperti lomba dayung. Tradisi pacu jalur tersebut biasanya dilakukan di Sungai Batang Kuantan yang panjang lintasannya mencapai satu kilometer yang ditandai enam tiang pancang.

(ek/af/pr/um)

Share this post

Sign in to leave a comment