Ini Makna dan Sejarah Ketupat di Indonesia yang Jadi Makanan Khas Lebaran

9 April 2023 - 08:01 WIB
wikipedia

Tribratanews.polri.go.id - Jakarta. Saat Lebaran tiba, setiap daerah di Indonesia memiliki tradisi dan menu makanan khasnya masing-masing. Salah satunya menu andalan yang selalu tersaji saat Idul Fitri di Indonesia adalah ketupat.

Dilansir dari momsmoney.id, Sabtu (8/4/23), ketupat atau kupat adalah hidangan khas Asia Tenggara Maritim, seperti Malaysia, Brunei dan Singapura. Ketupat berbahan dasar beras yang dibungkus dengan pembungkus terbuat dari anyaman daun kelapa muda (janur) atau dari daun palma yang lain.

Baca Juga: Jelang Mudik Lebaran Tahun 2023, Simak Titik Rawan Bencana di Jalan Nasional Pulau Jawa

Ketupat pertama kali diperkenalkan di Indonesia saat Islam masuk ke tanah Jawa sejak abad ke-15 pada masa pemerintahan Kerajaan Demak. Sunan Kalijaga adalah seseorang yang memperkenalkan makanan ketupat kepada masyarakat dalam rangka berdakwah menyebarkan agama Islam ke Tanah Jawa.

Dari penelitian berjudul “Ketupat as Traditional Food of Indonesia oleh Angelina Rianti”, menuliskan Bakda Lebaran dan Bakda Kupat juga dikembangkan oleh Sunan Kalijaga. Keduanya memiliki kaitan yang erat dengan ketupat. Selama Bakda Kupat, hampir setiap rumah terlihat ramai dan orang-orang menganyam daun kelapa menjadi ketupat. Lalu, dimasak dan dibagikan kepada tetangga, keluarga, serta saudara sebagai simbol kebersamaan.

Makna Ketupat
Dalam penyebaran dakwahnya, Sunan Kalijaga menggunakan ketupat dengan filosofi dan makna yang dalam. Ketupat diambil dari bahasa Jawa yang artinya ‘Ku’ (ngaku) yang berarti mengakui dan ‘Pat’ (lepat) yang berarti kesalahan. Sehingga ketupat adalah ngaku lepat atau mengaku bersalah.

Tidak hanya itu, ketupat juga diartikan sebagai laku papat yang terdiri dari empat aksi. Keempatnya yaitu lebaran (pintu maaf dibuka lebar-lebar), luberan (berlimpah), leburan (saling memaafkan), dan laburan (bebas dari dosa-dosa).

Pembuatan ketupat yang harus dianyam dengan rumit juga memiliki makna. Kerumitan anyaman menggambarkan keragaman masyarakat Jawa yang harus dilekatkan dengan silahturahmi, sedangkan beras dimaknai nafsu duniawi.

Ada juga yang memaknai rumitnya anyaman adalah beragam kesalahan manusia, sedangkan beras putih di dalamnya dimaknai dengan kesucian hati yang memaafkan kesalahan tersebut.

Sementara itu, daun kelapa muda yang digunakan sebagai pembungkusnya dalam bahasa Jawa disebut sebagai janur. Ini merupakan akronim dari “Jannah Nur” atau “Cahaya Surga”. Janur juga dianggap merupakan akronim dari “Jatining Nur” atau “Hati Nurani”.

Ada dua bentuk utama ketupat, yaitu kepal bersudut tujuh dan jajaran genjang bersudut enam. Masing-masing bentuk memiliki alur anyaman yang berbeda. Meskipun muncul dalam berbagai bentuk dan ukuran, varietas yang paling umum adalah ketupat berbentuk kubur yang menyerupai keranjang anyaman kecil.

Ketupat biasanya disajikan dengan opor, sambal goreng atau rendang. Tapi, ada juga makanan khas daerah yang menggunakan ketupat meski tidak hari raya, seperti kupat tahu (Sunda), katupat kandangan (Banjar), grabag (Magelang), kupat glabet (Tegal), coto makassar (Makassar).

(ek/hn/um)

Share this post

Sign in to leave a comment