Tribratanews.polri.go.id - Tragedi di Stadion Kanjurahan Malang, Sabtu 1 Oktober meninggalkan luka mendalam bagi bangsa Indonesia, membuat pentingnya literasi standar pertandingan sesuai aturan FIFA.
Tragedi sepakbola yang menewaskan lebih 130 suporter tersebut, menjadi yang terbesar di Indonesia dari jumlah korban meninggal. Bahkan di level dunia, tragedi tersebut memakan korban kedua terbanyak.
Meski penyelidikan penyebab kasus ini baru saja dilakukan, banyak pihak menduga kekurangpahaman dan kurangnya sosialisasi aturan pertandingan yang dikeluarkan FIFA menjadi penyebab tingginya angka korban tersebut.
Dari mulai jam pertandingan yang digelar malam hari, padahal sudah diminta pihak kepolisian untuk dilangsungkan sore hari, masalah kelebihan jumlah penonton karena Panpel mencetak tiket yang jauh lebih banyak, hingga masalah keamanan penonton yang tidak menggunakan acuan regulasi FIFA.
Sayangnya PSSI dan LIB kelihatannya kurang melakukan sosialisasi permasalahan-permasalahan tersebut hingga ke tingkat perangkat pertandingan, suporter, hingga pihak keamanan.
Pakar komunikasi, Rahmat Edi Irawan melihat perlunya PSSI serta operator kompetisi LIB membuat standart penyelenggaraan pertandingan, yang mengacu pada aturan FIFA. "Peraturan-peraturan tersebut harus disosialisasikan secara luas, agar setiap stake holder sepakbola Indonesia, termasuk pihak keamanan mengetahui harus melakukan atau menghindari apa saja. Tanpa aturan main yang ditegakkan, kasus ini berpotensi berulang kali.