Tribratanews.polri.go.id - Bali. Kementerian Komunikasi dan Informatika mencatat sejak awal 2023 hingga 26 Februari 2023 telah tercatat 12 peredaran berita bohong (hoaks) mengenai isu politik. Kemudian, ditemukan 2 hoaks penyelenggaraan pemilu.
Praktisi Komunikasi, Devie Rahmawati, mengatakan bahwa peredaran hoaks itu menimbulkan situasi tidak kondusif karena masyarakat mudah tersulut emosi. Menurutnya, memang pada dasarnya manusia memiliki insting mempertahankan diri yang diinterpretasikan dalam emosi saat melihat hoaks yang dipandang tidak sesuai dengan kepercayaannya.
Baca Juga : Waspada Hoaks Sasar Psikologi Masyarakat
“Namun, sesuatu irasional dan tak relevan itu menarik perhatian dan jadi perbincangan.
Di ruang publik, sahut-sahutan membahas sesuatu tidak relevan itu mengalahkan pertarungan ide substansial,” ungkap Devie di acara Rakernis Humas Polri, Bali, Kamis (2/3/23).
Ditambahkan Devie, manipulasi otak manusia juga cenderung lebih mudah terjadi pada masyarakat relijius, terlepas apa pun bentuk relijiusitasnya. Masyarakat relijius memiliki konsep penghargaan (reward) dan hukuman (punishment).
“Relijiusitas itu memperkuat ikatan kelompok,” jelasnya.
(ay/as/hn/um)