Tribratanews.polri.go.id - Kidul. Lahan pertanan cabai di Kabupaten Kudus, Jawa Tengah gagal panen karena dampak kemarau panjang. Tanaman cabai yang mati mengering karena kekurangan air membuat seorang petani harus menelan kerugian hingga belasan juta.
Mengering dan mati begitulah kondisi lahan pertanian cabai di Kelurahan Mlati Kidul, Kabupaten Kudus, Jawa Tengah, karena faktor kemarau panjang serta teriknya matahari, sehingga membuat tanaman mengering dan mati.
Muji, salah satu petani Kelurahan Mlati Kidul mengungkapkan, seharusnya ia menikmati naiknya harga saat panen seperti saat ini, tetapi kini dari hampir satu hektare lahan pertanian cabai yang digarapnya kondisinya tak terselamatkan semua.
Muji mengungkapkan kemarau saat ini cukup ekstrem dibanding kondisi kemarau seperti biasanya. Jika biasanya dia masih bisa menikmati panen, tetapi kali ini sama sekali tidak ada harapan karena cuaca panas yang mencapai hingga 39 derajat celcius. Kondisi itu membuat cabai tak kuat untuk bertahan.
"Iya gagal panen, ini kemarau sangat ekstrem enggak seperti biasanya. Biasanya kan sekitar 35 derajat paling panas, nah sekarang sampai 37 sampai 39 derajat tanaman enggak kuat," ujarnya, dilansir dari Beritasatu, Jumat (3/11/23).
Sebelumnya ian sudah berupaya dengan melakukan upaya pompa air dan penyemprotan agar tanaman kuat dengan panas. Namun, faktor cuaca membuat operasional untuk perawatan tanaman cabai membengkak di musim kemarau sehingga petani pun putus asa membiarkan begitu saja karena khawatir rugi semakin besar.
"Sudah diairi dan diobati juga tetapi cuacanya terlalu ekstrem. Akhirnya ya sudah putus asa, dari pada buang-buang duit mending dibiarin sajalah," ujarnya.
Ia mengaku alami kerugian sekira Rp 15 juta rupiah dari lahan pertanian cabai yang digarapnya. Itu pun sudah dibantu dengan penataan bekas lahan tanaman melon miliknya sebelumnya, jika ditotal dengan pengolahan lahan sebelumnya bisa mencapai Rp 40 juta.
Kini lahan tanaman cabai milik Muji yang mati mengering pun dicabuti semua. Selain cabai, tanaman terung di lahan pertanian setempat juga tak kuat dengan panasnya kemarau tahun ini. Selain Muji, kondisi tersebut juga dirasakan petani lainnya.
(fa/pr/nm)