Tribratanews.polri.go.id – Surabaya. Dalam rangkaian Upacara Hari Juang Polri 2025, Kapolri Jenderal Listyo Sigit Prabowo dijadwalkan meresmikan patung Komjen Pol. (Purn) Dr. H. Moehammad Jasin, sosok legendaris yang dikenal sebagai pejuang kemerdekaan dan perintis satuan Brimob.
M. Jasin merupakan figur polisi pejuang yang namanya tak terpisahkan dari sejarah perjuangan bangsa Indonesia. Kepemimpinannya yang tegas, keberanian luar biasa, serta pengabdiannya terhadap tanah air menjadikannya teladan bagi generasi penerus, baik di lingkungan kepolisian maupun masyarakat luas.
Tak hanya aktif di institusi kepolisian, M. Jasin juga terlibat langsung dalam perjuangan melawan penjajah. Ia memainkan peran penting dalam berbagai peristiwa bersejarah, termasuk Pertempuran Surabaya, penumpasan pemberontakan PKI di Madiun, hingga menjaga kedaulatan negara dari berbagai ancaman separatis.
Lahir pada 9 Juni 1920 di Bau-Bau, Buton, Sulawesi, dari pasangan Haji Mekah (asal Bone) dan Siti Rugayah (asal Maros), M. Jasin merupakan anak laki-laki satu-satunya dalam keluarga. Sejak kecil, ia menunjukkan semangat belajar tinggi. Pendidikan formalnya dimulai di Volkschool di Bau-Bau, dilanjutkan ke HIS di Makassar, dan kemudian ke MULO.
Pada tahun 1941, ia melanjutkan pendidikan ke Sekolah Polisi di Sukabumi, Jawa Barat. Meski sempat mencoba pelatihan militer penerbangan di Bandung, restu orang tua membuatnya kembali menekuni pendidikan kepolisian hingga meraih pangkat Hoofd Agent. Masa pendudukan Jepang menjadi titik penting dalam pembentukan karakter dan kepemimpinannya karena pendidikan polisi saat itu lebih diarahkan pada pelatihan militer.
Karier awalnya dimulai sebagai instruktur di Sekolah Polisi di Gresik dan Surabaya, di mana ia melatih Polisi Istimewa dan Seinendan. Dari sinilah kiprah perjuangannya menonjol, termasuk aksi heroik merebut senjata dari Jepang di Surabaya pasca-Proklamasi. Dalam Pertempuran 10 November 1945, M. Jasin memutuskan untuk memiliterisasi Polisi Istimewa dan ikut bertempur bersama pejuang lainnya.
Pasca-jatuhnya Surabaya, ia memindahkan markas ke Sidoarjo dan melanjutkan perjuangan secara gerilya di sekitar Gunung Wilis saat Agresi Militer Belanda berlangsung. Pada 1946, melalui Konferensi Djawatan Kepolisian Negara di Purwokerto, ia diangkat sebagai Komandan Mobiele Brigade Besar (MBB) Jawa Timur, cikal bakal Brimob saat ini.
Di bawah kepemimpinannya, Mobrig ikut serta dalam operasi-operasi besar, termasuk penumpasan pemberontakan PKI di Madiun, APRA, Darul Islam, hingga PRRI. Di luar medan tempur, M. Jasin juga aktif dalam diplomasi dan politik, pernah menjabat sebagai Duta Besar Indonesia untuk Tanzania (1967–1970), anggota MPR, anggota DPA, dan pimpinan organisasi veteran.
Meski kariernya sempat menghadapi tekanan politik, termasuk pengasingan ke Jerman, semangatnya dalam membela integritas kepolisian dan kedaulatan negara tak pernah surut.
M. Jasin wafat pada 3 Mei 2012 di RS Polri Kramat Jati, Jakarta, dan dimakamkan di Taman Makam Pahlawan Kalibata. Atas jasa-jasanya yang luar biasa, Presiden Joko Widodo menganugerahkan gelar Pahlawan Nasional pada tahun 2015 melalui Keppres No. 116/TK/Tahun 2015. Ia tercatat sebagai polisi pertama yang menerima gelar kehormatan tersebut, menegaskan dedikasinya sebagai pejuang, pendiri Brimob, dan tokoh kepolisian yang berperan penting dalam sejarah bangsa.
(ndt/hn/rs)