Tribratanews.polri.go.id - Jakarta. Komite Nasional Keselamatan Transportasi (KNKT) menilai saat ini masih terlalu dini untuk memprediksi penyebab kecelakaan pesawat Smart Air, di Tarakan, Kalimantan Utara.
Ketua KNKT Soerjanto Tjahjono menyatakan tidak bisa asal mengeluarkan hasil penyelidikan kecelakaan pesawat.
KNKT harus terlebih dulu memeriksa seluruh data Black Box Smart Air untuk diinvestigasi. Kemudian, mewawancarai pilot Smart Air yang selamat untuk dimintai keterangan.
"(Kondisi pilot) belum (sehat), nanti tunggu stabil dulu, Recover dulu baru nanti kita lakukan interview. Terlalu dini mengatakan penyebabnya apa, karena data black box harus dibaca, kemudian di wawancara, kemudian dicocokan data-data lapangan," ujar Ketua KNKT, seperti dikutip dari RRI, Rabu (13/3/24).
Baca Juga: Kapolda Bali Pimpin Apel Kesiapan Operasi Cipta Kondisi Agung 2024
Dalam menangani kasus ini, KNKT harus mendapat gambaran awal atau rangkaian peristiwa terlebih dahulu. Jika semua sudah didapatkan, KNKT memastikan, hasil investigasi jatuhnya pesawat Smart Air disampaikan ke publik.
"Semua hasil KNKT akan diumumkan ke publik, cuma bagaimana pengumuman dilihat bagaimana tingkat kesulitan yang kita dapatkan. Kalau semua lancar tidak lebih dari setahun kita umumkan hasilnya," tegas Ketua KNKT.
Tidak lupa, Ketua KNKT memberikan pesan penting terhadap dunia penerbangan di Indonesia. Terutama, dalam konsistensi menjalankan prosedur dan regulasi keamanan keselamatan penerbangan.
"Kita kembali kepada regulasi yang ada, kalau regulasi yang ada saat ini sudah mencukupi. Tinggal bagaimana menjalani secara konsisten dan aktif, kembali ke disiplin dan regulasi yang ada," tutup Ketua KNKT.
Pesawat milik Smart Aviation ini hilang kontak pada Jumat (8/3/24) pukul 08.25 WITA usai lepas landas dari Bandara Internasional Juwata Tarakan. Rencanany, pesawat menuju Binuang dengan perkiraan ketibaan pukul 09.25 WITA.
Pesawat perintis ini membawa sembako 21 item dengan berat 583 kilogram.
(ndt/hn/nm)