Kementerian Kesehatan Mengupayakan Satu Apoteker Mampu Bina Beberapa Puskesmas

10 August 2024 - 20:00 WIB
Antaranews

Tribratanews.polri.go.id - Semarang. Kemenkes (Kementerian Kesehatan), mengupayakan agar satu apoteker dapat membina beberapa puskesmas lainnya, guna menangani kendala terkait pengadaan obat seperti yang terjadi di Puskesmas Sawit, Boyolali, Jawa Tengah.

Wakil Menteri Kesehatan, Dante Saksono Harbuwono, saat kunjungan kerja di Jawa Tengah dalam rangka Ekspose Transformasi Kesehatan, menemukan kendala pada mekanisme rujuk balik, salah satunya terkait pengadaan obat. Menurut dia, kendala pengadaan obat itu terjadi karena belum adanya apoteker di Puskesmas Sawit.

Selanjutnya ia mencontohkan, untuk pasien diabetes, ketika pasien dirujuk balik ke puskesmas maka obat diberikan oleh puskesmas. Namun, ujarnya, hal ini belum berjalan karena harus ada izin apoteker.

"Jadi, saya sudah menginstruksikan kepada tim dari Kemenkes untuk melakukan evaluasi, apakah dimungkinkan nanti surat izin praktek apoteker itu, satu apoteker mempunyai beberapa Puskesmas binaan," ujarnya, dilansir dari laman Antaranews, Jumat (8/8/24).

Menurut dia, kewajiban Puskesmas untuk mengadakan obat non-kapitasi dari BPJS Kesehatan dapat terlaksana. Begitu pula dengan masalah lain, di mana setiap Puskesmas di setiap daerah memiliki masalah yang berbeda-beda.

"Masalahnya bisa kita bahas bersama melalui forum Rapat Kerja Kesehatan Nasional (Rakerkesnas). Nanti turunannya kita bahas di Rapat Kerja Kesehatan Daerah (Rakerkesda) di setiap daerah," jelasnya.

Selanjutnya, ia menilai mekanisme satu apoteker membina beberapa puskesmas merupakan salah satu upaya dari integrasi layanan primer (ILP).

Ia menyebutkan, ILP penting diimplementasikan mengingat inflasi kesehatan jauh lebih tinggi daripada Produk Domestik Bruto (PDB) atau Gross Domestic Product (GDP). Salah satu negara yang berhasil mengatasi inflasi kesehatan adalah Kuba karena melakukan edukasi, promotif, dan preventif pada pelayanan kesehatan. Dan Indonesia sedang melakukan strategi serupa melalui ILP.

"Kalau orang sudah diobati, mereka akan mengeluarkan biaya jauh lebih mahal daripada dicegah sebelum sakit," jelasnya.

Diakhir kesempatan ia menjelaskan edukasi dan promotif preventif harus ditekankan, dan upaya-upaya tersebut dimuat dalam dalam ILP.

(fa/hn/nm)

Share this post

Sign in to leave a comment