Tribratanews.polri.go.id - Jakarta. Data Survei membuktikan prevalensi stroke mencapai 8,3 per 1.000 penduduk di Indonesia. Stroke masih menjadi beban pembiayaan tertinggi setelah jantung dan kanker, mencapai Rp 5,2 triliun pada 2023.
Insiden kasus stroke yang tinggi salah satunya didasari nihil pencegahan seperti pengendalian faktor risiko. Padahal, 90 persen kasus stroke dapat dicegah dengan mengelola tekanan darah tinggi, diabetes, hingga memperbanyak aktivitas fisik. Tidak lupa dibarengi pola makan yang sehat, juga menghindari stres.
Sejalan dengan yang diutarakan Direktur Medik dan Keperawatan RS PON, dr Reza Aditya Arpandy, SpS, kenaikan stroke pada usia muda yakni di bawah 45 tahun, didominasi gaya hidup tidak sehat dan riwayat penyerta tak terkontrol.
"Stroke, termasuk pada usia muda, umumnya berkaitan dengan faktor risiko yang bisa dicegah, tekanan darah tinggi (hipertensi), kolesterol tinggi (dislipidemia), gula darah tinggi (diabetes), merokok, obesitas, hingga kurangnya aktivitas fisik," ujar dr Reza dikutip dari Detik, Rabu (21/5/25).
Akan tetapi, pada pasien muda, stroke juga bisa dipicu oleh faktor lain, seperti kelainan bawaan pada pembuluh darah otak yakni AVM (arteriovenous malformation) atau aneurisma.
"Kelainan bawaan ini menyebabkan pembuluh darah lebih mudah untuk pecah dan mengalami perdarahan, gangguan pembekuan darah, riwayat migrain berat," tuturnya.
Penyebab stroke pada usia muda disebutnya sangat bervariasi, penting untuk melakukan pemeriksaan menyeluruh untuk menentukan penyebab pastinya.
"Dengan mengetahui penyebab yang mendasari, penanganan dan pencegahan stroke berulang terutama pada usia dapat dilakukan lebih efektif," tegasnya.
Kementerian Kesehatan (Kemenkes) telah berupaya meningkatkan deteksi dini dislipidemia pada pasien diabetes melitus dan hipertensi sebagai upaya pencegahan stroke, dengan target pada 2024 sebesar 90 persen atau sekitar 10,5 juta penduduk. Namun, saat ini capaian deteksi dini stroke baru mencapai sekitar 11,3 persen dari target.
Diperlukan upaya yang lebih masif dengan melibatkan berbagai pihak, baik dari pemerintah, akademisi, organisasi profesi, sektor swasta, maupun masyarakat, untuk meningkatkan capaian deteksi dini stroke sebagai upaya menurunkan risiko stroke di Indonesia.
(sy/hn/rs)