Tribratanews.polri.go.id - Jakarta. Kementerian Kesehatan menemukan sekitar 5.100 kasus baru ibu rumah tangga yang terkena HIV setiap tahun.
"Setiap tahun terdapat penambahan kasus HIV baru pada kelompok ibu rumah tangga sebesar 5.100 orang," ujar Juru Bicara Pemerintah Mohammad Syahril dalam konferensi pers, Selasa (9/5/2023).
Syahril mengatakan, 33 persen dari 5.100 orang itu, terkonfirmasi positiv HIV karena terpapar dari pasangan yang memiliki perilaku seks berisiko. Hal itu kemudian menyebabkan penularan HIV melalui jalur ibu ke anak sebesar 20-45 persen.
Sementara penyebab lain penularan HIV adalah penggunaan jarum suntik dan transfusi darah yang tak aman.
"Penyumbang utama penularan HIV terjadi pada perilaku seks berisiko pada kelompok heteroseksual dan homoseksual, dan sebanyak 30 persen kontribusi penularan dari suami ke istri. Sehingga jumlah orang HIV pada populasi berasal dari 35 persen adalah ibu rumah tangga. Sisanya suami pekerja seks dan kelompok MSM (man sex with man)," jelas Syahril.
Baca Juga: Gempa Magnitudo 3,9 Guncang Kota Sukabumi
Selain itu, tingginya kasus pada ibu rumah tangga ini turut disebabkan lantaran hanya 55 persen ibu hamil yang mendapatkan izin suami mengikuti tes HIV. "Dari jumlah tersebut, 7.153 positif HIV, dan 76 persennya belum mendapatkan pengobatan ARV. Ini juga akan menambah risiko penularan kepada bayi," tutur Syahril.
Alhasil,, 45 persen bayi yang lahir dari ibu positif HIV akan menanggung status HIV positif di sepanjang hidupnya. Data hingga April 2023, ada 14.150 anak usia 1-14 tahun yang positif HIV.
Syahril melihat, jika hal ini dibiarkan, maka infeksi akan terus terjadi. Ia meminta agar setiap individu melakukan skrining untuk mencapai eliminasi, termasuk pemutusan mata rantai penularan HIV secara vertikal dari ibu ke bayi.
"Serta meminta setiap pihak untuk mendukung para ibu yang terinfeksi HIV mendapatkan pemeriksaan HIV sesuai tata laksana yang cukup dan mendapatkan ARV guna mengurangi risiko penularan virus, sehingga tidak mengalami keparahan yang berujung pada AIDS," ujar Syahril.
(ndt/hn/um)