Tribratanews.polri.go.id - Jakarta. Indonesia dan Vietnam memperkuat kemitraan strategis, khususnya dalam pengembangan teknologi untuk sektor ekonomi digital.
Menteri Koordinator Bidang Perekonomian Airlangga Hartarto menyatakan bahwa kedua negara memiliki potensi besar untuk menjadi pusat ekonomi digital di ASEAN, didukung oleh populasi muda yang besar dan semakin melek teknologi.
"Saat ini, kerja sama kedua negara masih berfokus pada perdagangan dan investasi. Dengan potensi yang dimiliki, Indonesia dan Vietnam dapat menjadi pemimpin dalam ekonomi digital ASEAN," ujar Menko Airlangga, Selasa (11/3/2025).
Dalam pertemuan ini, Indonesia dan Vietnam menegaskan komitmen untuk mempercepat kerja sama ekonomi digital dengan menandatangani Letter of Intent (LoI) tentang Peningkatan Kapasitas di Bidang Teknik dan Ekonomi Digital. LoI ini mencakup pengembangan talenta teknologi, promosi inisiatif digital seperti teknologi informasi dan komunikasi (ICT), industri semikonduktor, serta kendaraan listrik.
Selain itu, kedua negara akan mengeksplorasi kolaborasi strategis untuk mempercepat adopsi transaksi digital lintas batas.
ASEAN sendiri tengah mempersiapkan ASEAN Digital Economy Framework Agreement (DEFA), yang dijadwalkan ditandatangani pada KTT ASEAN tahun ini.
Kesepakatan ini diharapkan dapat mempercepat integrasi ekonomi digital di kawasan serta membuka peluang lebih luas bagi bisnis digital di Indonesia dan Vietnam.
Menko Airlangga juga menyoroti peran perusahaan teknologi dalam memperkuat kolaborasi bilateral. Salah satu contoh adalah ekspansi perusahaan teknologi Vietnam, FPT (Financing and Promoting Technology), yang telah memperluas jaringannya di Indonesia.
"Dengan populasi gabungan hampir 400 juta jiwa, perdagangan bilateral Indonesia-Vietnam terus meningkat. Pada 2024, total nilai perdagangan kedua negara mencapai 15 miliar dolar AS, dengan investasi yang berkembang di berbagai sektor, termasuk pertanian, infrastruktur, manufaktur, dan teknologi," terang Menko Airlangga.
Salah satu proyek investasi strategis adalah pembangunan pabrik kendaraan listrik VinFast di Subang, Jawa Barat, yang mencerminkan semakin eratnya kerja sama dalam transportasi berkelanjutan.
Selain ekonomi digital, sektor pariwisata juga menjadi fokus kerja sama. Maskapai nasional Vietnam Airlines dan Garuda Indonesia terus memperluas kolaborasi guna meningkatkan arus wisatawan antara kedua negara. Untuk mendukung peningkatan perdagangan, Indonesia akan mengoptimalkan Perjanjian Perdagangan ASEAN (ATIGA), yang memungkinkan tarif 0 persen pada 99,8 persen komoditas.
Menko Airlangga menekankan bahwa kedua negara perlu menghasilkan produk dengan nilai tambah tinggi untuk memperkuat daya saing di pasar global. Contohnya adalah mobil listrik VinFast yang telah memasuki pasar Indonesia dan VAKSINDO, perusahaan farmasi hewan Indonesia, yang baru saja menyelesaikan pembangunan pabrik vaksin hewan terbesar di Vietnam.
Meski hubungan perdagangan semakin kuat, masih terdapat kendala seperti kebijakan Non-Tariff Measures (NTM) yang mempengaruhi arus perdagangan. Oleh karena itu, diperlukan diskusi dan konsultasi lebih lanjut untuk mengatasi hambatan tersebut dengan mempertimbangkan kepentingan kedua negara.
(ndt/hn/nm)