Tribratanews.polri.go.id - Purwakarta. Para petani cabai di Purwakarta, Jawa Barat, menghadapi berbagai tantangan selama masa panen kali ini.
Selain masalah pasokan air yang terbatas akibat kemarau, mereka juga dihadapkan pada serangan hama patek. Hal ini mewajibkan mereka untuk mengeluarkan biaya ekstra untuk penyemprotan obat pengendali hama.
Petani cabai di Desa Margasari, Kecamatan Pasawahan, Kabupaten Purwakarta, telah mengalami kesulitan akibat serangan hama Patek dan lalat buah saat tanaman cabai jenis cabai rawit dan cabai merah keriting memasuki masa panen.
Baca Juga:
Survei Indikator Politika: 83,5% Masyarakat Yakin Polri Netral Dalam Pemilu
Hama-hama ini menyebabkan banyak cabai menjadi rusak dan membusuk.
Penyemprotan obat dianggap sebagai solusi untuk mengendalikan serangan hama, walaupun obat tersebut memiliki biaya yang cukup tinggi, yakni mencapai Rp 200.000 per botol kecil, dan penyemprotan harus dilakukan setidaknya lima hari sekali.
Meskipun menghadapi kendala ini, para petani merasa bersyukur karena harga cabai telah naik di pasaran.
Hal ini memungkinkan mereka untuk menghasilkan keuntungan yang dapat menutupi biaya produksi, termasuk pembelian obat pengendali hama.
Cabai merah keriting dan cabai rawit yang mereka panen biasanya dijual kepada tengkulak atau pedagang besar dengan harga lebih rendah daripada harga di pasar.
Kenaikan harga saat ini memberikan sedikit bantuan bagi petani cabai.
Salah satu petani cabai, Sakri mengungkapkan sudah sering menyemprot tetapi hama tetap ada, kondisi cabainya banyak yang membusuk dan banyak ulat.
Ia mengatakan mahalnya obat semprot mencapai Rp 200.000 per botol kecil. Meskipun kami menyemprotnya hampir setiap lima hari sekali, hasil panen kami tetap kurang maksimal.
Sementara itu, Adi petani cabai lainnya mengungkapkan harganya lumayan, tidak jelek.
Mungkin faktor cuaca juga memengaruhi. Hama yang tidak bisa dikendalikan dan keterbatasan pasokan air akibat cuaca panas juga berdampak.
(fa/pr/nm)