Erupsi Gunung Lewotobi Laki-Laki Tinggalkan Trauma Bagi Anak-anak

10 November 2024 - 16:32 WIB
RRI

Tribratanews.polri.go.id - Jakarta. Dahsyatnya erupsi Gunung Lewotobi, di Flores Timur, Nusa Tenggara Timur sejak 3 November 2024, banyak meninggalkan trauma bagi anak-anak.

Kepala Desa Hokeng Jaya, Gabriel Namang, mengatakan, anak-anak terbiasa dengan kondisi Gunung Lewotobi Laki-Laki.

Aktivitas gunung mulai meningkat sejak Desember 2023, bahkan mereka tinggal dipengungsian selama sebulan pada awal tahun 2024. 

"Kami mengungsi satu bulan, kami kembali pada Februari, lalu erupsi kembali sampai kemarin. Anak-anak terbiasa dengan situasi erupsi hampir setahun dan ledakan kemarin mempengaruhi trauma," ujarnya, dilansir dari laman RRI, Minggu (10/11/24).

Keberadaan trauma healing di lokasi pengungsian sangat membantu menjaga psikologi anak sehingga anak tetap ceria kendati dalam situasi bencana. Anak-anak tetap riang bermain dan bersekolah walau di tenda pengungsian. 

Kegiatan belajar mengajar dilakukan di lokasi pengungsian karena gedung sekolah dipakai untuk menampung warga yang mengungsi. Ada tiga tenda besar yang dipakai untuk kegiatan sekolah. 

Sebanyak 1.537 jiwa warga Desa Hokeng Jaya terdampak erupsi Gunung Lewotobi Laki-Laki. Dari jumlah tersebut, 527 orang berada di lokasi pengungsian yang disiapkan pemerintah dan lainnya mengungsi di rumah kerabat di luar desa. 

"Kegiatan trauma healing membuat psikologi anak aman, mereka bermain dengan bersenang ria. Sejauh ini tidak ada trauma parah, tidak ada yang memprihatinkan," ujarnya. 

Desa Hokeng Jaya  terdampak paling parah dari erupsi. Desa yang berjarak tiga kilo meter dari gunung, tertutup abu vulkanik tebal bercampur material berat, kemudian 95 persen rumah warga rusak. 

Dalam kesempatannya ia menceritakan, kedahsyatan erupsi Gunung Lewotobi pada 3 November 2024. Erupsi tidak hanya mengeluarkan abu vulkanik, tetapi hujan kerikil bercampur pasir yang merusak atap rumah warga. 

"Desa kami adalah zona merah ditutupi pasir debu bercampur material besar sehingga sulit akses kendaraan. Pada erupsi pertama terjadi kepanikan warga, berlari menyelamatkan diri ke lokasi aman dan sekarang tenang," jelasnya.

Berdasarkan data milik pemerintah, sebanyak 11.445 orang dari berbagai desa meninggalkan rumah karena erupsi. Belasan ribu orang berada di lokasi pengungsian yang tersebar di berbagai titik bahkan hingga ke Kabupaten Sikka. 

Rincian penyebaran pengungsi yakni di Kecamatan Titehena (5.838 jiwa), Kecamatan Wulanggitang (1.263), Kecamatan Larantuka (296), Kabupaten Sikka (3.564). Selanjutnya Kecamatan Adonara (12), Kecamatan Ile Mandiri dan Lewolema (43), Kecamatan Ile Bura (127), dan Kecamatan Demon Pagong (302).

(fa/pr/nm)

Share this post

Sign in to leave a comment