Tribratanews.polri.go.id - Jakarta. Wakil Menteri Pendidikan Tinggi, Sains, dan Teknologi (Wamendiktisaintek) Fauzan mendorong implementasi kecerdasan buatan (AI) untuk mewujudkan transparansi audit, sebab audit tidak hanya sekadar urusan administratif, melainkan bagian dari ruh intelektual dan moral sebuah universitas.
"Audit bukan hanya alat ukur, melainkan cermin etika akademik. Pendidikan tinggi tak cukup menjadi penonton dalam arus digital. Kita harus jadi produser, bukan hanya user. AI membuka potensi sistem audit yang real-time dan transparan, tapi teknologi bukan pengganti kebijaksanaan," ujar Wamendiktisaintek, Jumat (9/5/2025).
Wamendiktisaintek mengingatkan bahwa transparansi dan otomatisasi hanya bermakna jika ditopang oleh nilai dan integritas, meskipun AI menjanjikan efisiensi dan akurasi.
Ia menilai persoalan utama bangsa ini terletak pada kepatuhan, baik dalam aspek legal-formal maupun kultural. Oleh karena itu, audit harus tumbuh menjadi instrumen etika, bukan sekadar alat kontrol.
"Mari kita junjung etika akademik melalui integritas moral dan audit yang mencerahkan. Komite audit ini bukan hanya perpanjangan administratif, melainkan simpul dialog akademik lintas disiplin yang memelihara kepercayaan publik," ujar Wamendiktisaintek.
Ia juga menyebutkan pihaknya selalu menekankan upaya dalam membangun sistem audit yang tidak hanya canggih, tapi juga berkarakter.
"Kemajuan tanpa kendali moral hanyalah percepatan tanpa arah. Audit digital dan AI harus menjadi pondasi peradaban akademik yang berintegritas. Kepercayaan publik dibangun dengan keteladanan, bukan hanya teori," tegas Wamendiktisaintek.
(ndt/hn/nm)