Selama Januari - April Kasus Positif TBC Tercatat 2.301 Orang 32 Meninggal di Lebak

4 June 2025 - 18:00 WIB
Antaranews

Tribratanews.polri.go.id - Lebak. Kasus Positif TBC (Tuberkulosis), selama Januari-April 2025 tercatat 2.301 orang dan 32 orang dilaporkan meninggal dunia akibat keterlambatan penanganan dan tidak mematuhi minum obat.

Pelaksana Harian Kepala Dinkes Kabupaten Lebak, Endang Komarudin, mengatakan pemerintah daerah saat ini gencar melakukan skrining TBC untuk memutus mata rantai penularan penyakit itu, karena tren setiap tahun meningkat. Periode Januari-April 2025 tercatat 2.301 orang positif TBC, termasuk 315 anak.

Penapisan terhadap warga yang mengalami kontak dengan penderita TBC dan setiap temuan kasus, minimal delapan rumah di sekitar penderita karena potensi penularan yang dapat berkembang secara eksponensial.

Selain itu, penapisan diterapkan kepada masyarakat yang mengalami batuk lebih dari tiga bulan, sedangkan pasien terkonfirmasi positif TBC diwajibkan menjalani pengobatan selama 6-12 bulan tanpa putus. Pengoptimalan skrining untuk mendukung Kementerian Kesehatan meminimalisasi TBC 2030.

Pemeriksaan dugaan TBC, kata dia, tahun ini ditargetkan capaian program pelayanan standar minimal (PSM) 29.290 orang, sedangkan hingga April terealisasi 9.494 orang atau 32 persen.

Oleh karena itu, petugas medis mengoptimalkan skrining juga dilakukan terhadap masyarakat yang mengalami batuk-batuk lebih dari tiga bulan.

Pihaknya berupaya menemukan kasus TBC sebanyak-banyaknya untuk memutus mata rantai penularan penyakit tersebut.

"Pengobatan TBC sebenarnya bisa sembuh total jika pasien mematuhi jadwal minum obat," ujarnya, dilansir dari laman Antaranews, Rabu (4/6/25).

Ia mengatakan semua pasien TBC diwajibkan menjalani tes cepat molekuler (TCM) sebagai bagian dari diagnosis, sebelum menerima pengobatan gratis sesuai standar. Selain itu, upaya pencegahan dilakukan melalui edukasi perilaku hidup bersih dan sehat (PHBS).

Masyarakat diminta menjaga ventilasi rumah, menghindari rokok, alkohol, dan begadang, serta memastikan lingkungan yang bersih.

"Kami mengoptimalkan pelacakan setiap pekan untuk menemukan kasus TBC secara dini," jelasnya.

Sementara itu, Kepala Puskesmas Rangkasbitung, Yayang Citra Gumilar, mengatakan pihaknya terus mengoptimalkan kasus pelacakan untuk menemukan kasus baru dengan melakukan skrining terhadap warga yang kontak erat dengan penderita positif TBC.

Pelacakan dilakukan setiap Kamis ke rumah penderita positif TB yang melibatkan kader dari kalangan warga setempat. Apabila hasil skrining itu positif, katanya, dilakukan pengobatan selama enam bulan tanpa putus dengan melibatkan pengawasan minum obat (PMO) dari keluarga mereka.

"Kami mengoptimalkan PMO untuk penyembuhan kasus TBC," jelasnya.

Rohman (55), warga Rangkasbitung, mengaku kondisi tubuhnya mulai pulih setelah lima bulan menjalani pengobatan TBC. "Tinggal satu bulan lagi dan saya merasa lebih sehat," ujarnya.

(fa/pr/rs)

Share this post

Sign in to leave a comment