Tribratanews.polri.go.id - Jakarta Selatan – 12 Agustus 2025 Direktorat Pencegahan (Ditcegah) Densus 88 Antiteror Polri menjadi narasumber utama dalam kegiatan Sosialisasi Wawasan Kebangsaan (Sosbang) bertajuk “Peran Serta Masyarakat dalam Deteksi Dini dan Cegah Dini terhadap Bahaya Terorisme dan Radikalisme” yang digelar di Kantor Kelurahan Petogogan, Kebayoran Baru, Jakarta Selatan, Selasa (12/8/2025).
Kegiatan yang dihadiri sekitar 100 peserta ini melibatkan unsur Ketua Dewan Kota Jakarta Selatan, perwakilan Kesbangpol Kota Jakarta Selatan, Forum Kerukunan Umat Beragama (FKUB), Forum Pembauran Kebangsaan (FPK), para Lembaga Musyawarah Kelurahan (LMK), Ketua RT/RW se-Jakarta Selatan, anggota Forum Kewaspadaan Dini Masyarakat (FKDM), serta tokoh masyarakat dari berbagai wilayah.
Asisten Kesejahteraan Rakyat Kota Jakarta Selatan, Tomi Fudihartono, mewakili Wali Kota dalam sambutannya menegaskan pentingnya peran masyarakat dalam menjaga lingkungan dari infiltrasi paham radikal dan terorisme. “Penguatan nilai-nilai Pancasila dan kewaspadaan kolektif adalah benteng utama kita,” ujarnya.
Tiga narasumber hadir memberikan materi kunci. Kepala Balai Permasyarakatan Jakarta Selatan, Darmalingganawati, Bc.Ip., S.H., M.H., M.Si, memaparkan peran Bapas dalam proses deradikalisasi. Ia menekankan bahwa pencegahan IRET (Intoleransi, Radikalisme, Ekstremisme, Terorisme) harus dimulai dari penguatan toleransi, pemberdayaan masyarakat, dan kolaborasi lintas sektor bersama BNPT, TNI-Polri, Kementerian Agama, hingga komunitas lokal.
Sementara itu, Nyi Mas Diane Wulansari, praktisi dan pemerhati perkembangan anak, mengingatkan bahwa proses radikalisasi sering berjalan halus melalui narasi, simbol, gim daring, dan konten media sosial. Ia menekankan pentingnya membangun ketahanan keluarga dan lingkungan sosial agar generasi muda tidak mudah terpengaruh.
Dari Ditcegah Densus 88, Kompol Didik Risdianto menjelaskan mekanisme radikalisasi, mulai dari tahap paparan hingga perekrutan. Ia mendorong pendekatan soft approach melalui edukasi, dialog, dan deradikalisasi, sekaligus memperkuat sinergi antara pemerintah, tokoh agama, masyarakat, dan aparat keamanan. “Partisipasi aktif masyarakat, termasuk lewat forum-forum lokal, menjadi kunci keberhasilan pencegahan,” tegasnya.
Kegiatan ini diakhiri dengan sesi diskusi interaktif, di mana peserta dapat menyampaikan pertanyaan, pengalaman, dan strategi yang sudah dilakukan di lingkungan masing-masing. Panitia berharap, kegiatan ini menjadi momentum memperkuat jejaring kewaspadaan dini dan ketahanan sosial masyarakat Jakarta Selatan dalam menghadapi ancaman terorisme dan radikalisme.
(ta/hn/rs)