Lemhannas: Perlu Daya Tahan Bangsa di Tengah Dinamika Situsasi Global

1 July 2025 - 17:20 WIB

Tribratanews.polri.go.id - Jakarta. Gubernur Lembaga Ketahanan Nasional (Lemhannas) Ace Hasan Syadzily mengatakan daya tahan sistemis suatu bangsa diperlukan di tengah situasi dinamika global belakangan ini yang menyebabkan tantangan geopolitik dan geoekonomi terhadap banyak negara, termasuk Indonesia.

“Kita butuh daya tahan sistemis, suatu daya tahan yang kita hadapi di tengah disrupsi global, polarisasi sosial, serta infiltrasi ideologi di tengah luar biasa begitu besar tantangan dari kecerdasan buatan dan dari krisis ekologi yang dihadapi oleh kita,” ungkap Gubernur Lemhannas, Senin (30/6/2025).

Menurut dia, melalui daya tahan sistemis tersebut, bangsa ini akan mampu mewujudkan cita-cita Indonesia Emas 2045 yang juga telah dicanangkan dalam Astacita Presiden Prabowo Subianto dan Wakil Presiden Gibran Rakabuming Raka.

Gubernur Lemhannas meyakini bahwa daya tahan sistemis dapat dicapai dengan memupuk integritas dan nilai-nilai yang bersumber dari empat konsensus kebangsaan, yakni Pancasila, Undang-Undang Dasar Tahun 1945, dan bhinneka tunggal ika.

“Karena itu, penting sekali kita harus terus menumbuhkan jiwa keindonesiaan sejati, utuh, dan mumpuni agar kita menjadi bangsa yang mandiri, berkarakter, dan berjati diri dalam menghadapi situasi ketidakpastian global yang saat ini kita hadapi,” terangnya.

Gubernur Lemhannas juga menyebut kemandirian merupakan salah satu kunci agar Indonesia terbebas dari kerentanan yang menyebabkan hilangnya kendali atas arah pembangunan bangsa.

Lebih jauh Gubernur Lemhannas menjelaskan, kondisi geopolitik global sedang tidak baik-baik saja, ditandai dengan ketidakpastian yang disebut sebagai era disrupsi. Kondisi tersebut diwarnai oleh ketegangan antarnegara dan rivalitas global antarnegara adidaya.

Kondisi global juga menunjukkan dinamika geopolitik telah berkelindan dan memengaruhi berbagai dimensi di setiap negara, termasuk Indonesia. Pengaruh di bidang ideologi, politik, ekonomi, sosial, budaya, maupun pertahanan keamanan disebut menjadi sebuah keniscayaan.

Di bidang ekonomi, kondisi geopolitik mengakibatkan perlambatan ekonomi dunia karena terganggunya rantai pasokan global, krisis bahan pokok yang berdampak pada penurunan perdagangan internasional, kenaikan harga dan inflasi, serta ketidakstabilan pasar.

Kendati demikian, ia mengingatkan bahwa bangsa yang besar bukan berarti bangsa tersebut tidak pernah menghadapi tantangan. Bagi Ace, bangsa yang besar adalah bangsa yang mampu beradaptasi dan mencari siasat tepat di tengah tantangan yang dihadapi.

“Dibutuhkan kemampuan bangsa kita berupa komitmen dan kekuatan kohesi sosial. Dibutuhkan juga jiwa kenegarawanan kita agar dapat menghadapi segala ancaman, gangguan, hambatan, dan tantangan yang ada ini,” tutur Gubernur Lemhannas.

(ndt/hn/rs)

Share this post

Sign in to leave a comment