Tribratanews.polri.go.id – Jakarta. Badan Meteorologi Klimatologi dan Geofisika (BMKG) menyatakan peringatan dini cuaca ekstrem yang selama ini dikeluarkan dapat dijadikan modal awal untuk mitigasi bencana hidrometeorologi, termasuk banjir dan longsor.
Deputi Bidang Meteorologi BMKG Guswanto mengungkapkan hal tersebut merespons hasil evaluasi dari Pusat Data Informasi dan Komunikasi Kebencanaan BNPB terkait informasi cuaca ekstrem yang ada saat ini dinilai belum sepenuhnya dapat diterjemahkan menjadi peringatan bahaya potensi banjir di tingkat masyarakat.
Deputi Guswanto menjelaskan bahwa sistem peringatan dini banjir atau longsor memerlukan kolaborasi lebih luas dan tidak bisa hanya mengandalkan prakiraan hujan atau peringatan dini cuaca ekstrem.
"Curah hujan itu hanya salah satu faktor. Faktor lain seperti kondisi tanah, kemiringan, topografi, dan tutupan lahan juga sangat menentukan,” ujar Deputi Guswanto, Rabu (17/9/2025).
Meski demikian, ia menilai peringatan cuaca ekstrem tetap relevan untuk memicu kewaspadaan masyarakat dan pemerintah daerah (cek website http://nowcasting.bmkg.go.id).
“Kalau sudah ada peringatan hujan lebat, itu bisa dijadikan dasar awal untuk siaga banjir atau longsor. Tinggal dilanjutkan dengan analisis faktor lingkungan,” jelasnya.
Jika informasi peringatan dini bencana dinilai semakin krusial, Deputi Guswanto menekankan pentingnya kolaborasi lintas sektor untuk mewujudkan sistem tersebut.
Menurutnya, pembangunan itu membutuhkan kajian, formulasi, serta dukungan data yang lebih kompleks, sehingga harus melibatkan berbagai kementerian dan lembaga, seperti Kementerian Pekerjaan Umum, Kementerian Kehutanan, Kementerian Lingkungan Hidup, hingga Badan Nasional Penanggulangan Bencana (BNPB).
“Itu mungkin diwujudkan, tapi harus ada kajian, formulasi, dan dukungan data yang lebih kompleks,” kata Deputi Guswanto.
Sebelumnya, BNPB menilai Indonesia butuh menyempurnakan sistem informasi peringatan dini cuaca ekstrem menjadi lebih spesifik melaporkan potensi bencana seperti banjir dan sejenisnya termasuk sebaran kawasan yang terancam, tidak sekadar peringatan dini harian.
Kepala Pusat Data, Informasi, dan Komunikasi Kebencanaan BNPB Abdul Muhari, mengatakan bahwa keperluan tersebut menjadi salah satu hasil evaluasi menyusul bencana banjir bandang yang berdampak signifikan di Bali, pada awal September lalu, karena informasi prakiraan cuaca atau peringatan dini hujan deras tidak spesifik bisa diartikan peringatan dini bencana.
(ndt/hn/rs)