Tribratanews.polri.go.id - NTB. Di tengah kekhawatiran akan merosotnya minat baca nasional, Polres Lombok Utara, Nusa Tenggara Barat (NTB) tampil beda dengan meluncurkan Program “Membaca 2 Lembar Sehari.” Sebuah langkah kecil namun strategis, lahir dari keprihatinan Ketua Bhayangkari Cabang Lombok Utara, Ny. Heny Agus Purwanta, yang juga dikenal sebagai akademisi sekaligus penulis produktif.
Langkah ini bukan sekadar simbolik. Dalam implementasinya, seluruh jajaran Polres hingga Polsek diwajibkan meluangkan waktu sekitar 10–15 menit setiap hari untuk membaca minimal dua halaman buku. Tak hanya anggota polisi, program ini juga berlaku bagi Bhayangkari—menjadikannya gerakan literasi yang terstruktur dan menyeluruh dari dalam institusi.
“Sebagai akademisi, saya tidak bisa tinggal diam. Membaca adalah asupan wajib bagi otak dan jiwa. Dengan dua lembar sehari, kita membangun fondasi peradaban. Lombok Utara tidak boleh terus berada di zona 3T,” ujar Ny. Heny.
Merujuk data BPS dan UNESCO, tingkat minat baca Indonesia hanya menyentuh angka 0,001—artinya hanya 1 dari 1.000 orang yang rajin membaca. Di Lombok Utara, kondisinya sedikit lebih baik, namun tetap mengkhawatirkan: hanya 3 dari 100 warga yang aktif membaca.
Program ini tak hanya dicanangkan sebagai gerakan moral, tapi juga dimasukkan dalam sistem pembinaan sumber daya manusia (SDM) internal Polres. Komitmen membaca menjadi salah satu indikator dalam penilaian kerja dan promosi jabatan.
Kapolres Lombok Utara, AKBP Agus Purwanta, S.I.K., menyebut gerakan ini selaras dengan semangat Polri Presisi dan Asta Cita Presiden yang menekankan penguatan SDM dan sains berbasis literasi.
“Penegakan hukum masa depan tak bisa hanya mengandalkan otot, tapi juga otak. Crime scientific identification butuh kemampuan literasi dan pemahaman data yang terus diperbarui. Maka dari itu, budaya membaca jadi kebutuhan mendesak,” ujar Kapolres.
Fasilitas penunjang pun disiapkan. Polres Lombok Utara mendirikan sejumlah pojok baca di lingkungan kantor, lengkap dengan koleksi buku fisik, e-book, hingga regulasi terbaru. Bahkan rencana pengembangan perpustakaan digital sedang disusun, guna memberikan akses literasi tidak hanya untuk internal, tetapi juga masyarakat umum.
Gerakan ini pun mendapat apresiasi dari Dinas Perpustakaan dan Kearsipan Lombok Utara. Sekretaris Dispusarsip, H. Muhammad, menyambut antusias gagasan tersebut dan menyebutnya sebagai pemantik kolaborasi literasi di berbagai sektor.
“Kami siap bersinergi. Literasi harus turun ke desa, ke sekolah, ke komunitas. Kalau bisa membaca, itu bagus. Kalau bisa menulis, itu luar biasa. Dengan dua aktivitas ini, kita bisa mengubah masa depan,” kata H. Muhammad.
Bagi Ny. Heny, program ini bukan sekadar kewajiban institusi, melainkan refleksi komitmen pribadi dan keluarga.
“Membaca itu ibadah. Harus dimulai dari rumah. Kalau keluarga terbiasa membaca, anak-anak juga akan mewarisi tradisi belajar. Dan bangsa ini butuh keluarga yang melek literasi untuk menyongsong Indonesia Emas 2045,” pungkasnya.
(nf/hn/rs)
Polres Lombok Utara Luncurkan Gerakan Baca Harian, Inisiatif Visioner di Tengah Krisis Literasi
18 July 2025 - 14:00
WIB
in
Nasional
Sign in to leave a comment