Menjelang Natal, Ini Sederet Fakta Gingerbread yang Ikonik

16 December 2023 - 06:45 WIB
Ilustrasi

Tribratanews.polri.go.id - Jakarta. Gingerbread atau kue jahe sangat identik dengan perayaan Natal. Ternyata resep kue jahe ini berasal dari zaman dahulu.

Tak ada perayaan spesial tanpa suguhan makanan. Begitu juga dengan perayaan Natal yang identik dengan suguhan festive, mulai dari kudapan hingga hidangan utama.

Gingerbread menjadi salah satu kudapan yang selalu ada dalam perayaan Natal. Gingerbread atau disebut juga sebagai kue jahe ini berupa cookies dengan cita rasa jahe yang kuat.

Dilansir dari berbagai sumber, Jumat (15/12/23), berikut sederet fakta terkait gingerbread, antara lain:
Baca Juga: Polisi Jelaskan Kronologi Kecelakaan Bus di Cipali

1. Asal-usul kue jahe

Dilansir dari Thespruceets, gingerbread awalnya diciptakan oleh masyarakat Mesir Kuno dan Yunani Kuno. Dalam budaya mereka, kue jahe dibuat untuk keperluan ritual perayaan.

Lalu, pada abad ke-11, kue jahe dibawa oleh tentara Eropa dari Timur Tengah untuk diuji sebagai bahan makanan bagi kaum aristokrat.

Bahan-bahan kue jahe terbuat dari tepung panir, air, gula, air mawar, dan jahe. Setelahnya, adonan dicetak berbentuk simbol-simbol raja, ratu, dan keagamaan.

2. Filosofi kue jahe

Kemudian kue jahe tersebut diberi lapisan icing berwarna emas. Bagi masyarakat Eropa, kue jahe dianggap sebagai lambang keberuntungan.

Kemudian, berjalannya waktu harga jahe mulai terjangkau. Saat itulah, kue jahe semakin populer di berbagai negara dan banyak dimodifikasi dengan selera zaman.

Seperti yang dilakukan oleh masyarakat Inggris pada abad ke-16. Mereka mengganti tepung panir dengan tepung terigu dan menambahkan telur dan pemanis.

3. Gingerbread bentuk orang

Dengan racikan orang Inggris tersebut menghasilkan gingerbread dengan tekstur yang kering dan lebih ringan, sehingga dapat dinikmati sehari-hari.

Dari sekian banyak bentuk gingerbread, salah satu yang populer adalah yang berbentuk orang. Rupanya, gingerbread bentuk orang ini pertama kali diciptakan oleh Ratu Elizabeth I.

Ratu Elizabeth I yang saat itu memerintah Inggris pada abad ke-16, secara khusus meminta tukang roti istana untuk membuat kue jahe berbentuk orang.

4. Awalnya jadi suguhan istana

Saat itu, Ratu Elizabeth I selalu menghadirkan kue jahe sebagai suguhan untuk pada tamu penting di istana. Pada saat itu, kue jahe juga menjadi simbol cinta.

Berjalannya waktu, kue jahe terus dimodifikasi. Hal tersebut disesuaikan dengan musim. Saat musim dingin, kue jahe banyak dibuat berbentuk bunga.

Sementara pada musim gugur dibuat berbentuk burung. Saking populernya, kue jahe ini sampai dijadikan sebuah cerita yang berjudul 'you can't catch me, I'm the gingerbread man!' pada 1875 yang dimuat di majalah St. Nicholas asal Amerika.

5. Jadi suguhan hari Natal

Setelah itu, gingerbread semakin digemari saat musim Natal. Bentuk kue jahe pun semakin mewah dan bervariasi. Tak hanya Inggris saja, gingerbread pun juga populer di Jerman.

Di Jerman terkenal dengan gingerbread yang dibuat berbentuk rumah atau kabin musim dingin. Kuenya dilengkapi dengan cerobong asap dan hamparan salju putih.

Tak hanya bentuknya, adonan kue jahe juga dimodifikasi. Kini adonannya banyak ditambahkan dengan lada, kayu manis, gula aren, dan rempah-rempahan lainnya.

Gingerbread juga populer sebagai hamper kue Natal untuk keluarga, sahabat, dan kerabat. Dengan kue ini memberi harapan untuk menjalin tali persaudaraan.

(sy/pr/nm)

Share this post

Sign in to leave a comment