Tribratanews.polri.go.id - Jakarta. Menteri Kebudayaan RI Fadli Zon mengemukakan peran budaya dalam upaya untuk melawan korupsi dalam rangkaian acara pertemuan Southeast Asia Parliamentarians Against Corruption (SEAPAC) di Benteng Vredeburg, Yogyakarta.
Menbud selaku Presiden SEAPAC periode 2023–2025 mengatakan bahwa perjuangan melawan korupsi bukan hanya tantangan politik, tetapi juga tantangan budaya.
Ia membantah anggapan bahwa korupsi berasal dari budaya suatu bangsa. Sebaliknya, budaya justru bisa menjadi alat paling kuat untuk melawan korupsi.
"Budaya serta nilai kejujuran, keadilan, dan solidaritas yang diwariskan lintas generasi bisa menjadi kompas moral kehidupan public," ujar Menbud, Jumat (22/8/2025).
"Ia akan menentukan masa depan seperti apa yang kita wariskan kepada anak-anak kita. Apakah masa depan yang dibangun atas dasar kepercayaan dan solidaritas, atau yang diliputi keraguan dan perpecahan," lanjutnya.
Menbud juga menekankan pentingnya kerja sama regional dalam upaya untuk memberantas korupsi.
"Setiap tahun, dunia kehilangan sekitar 2,6 triliun dolar AS atau 5 persen dari PDB global akibat korupsi," kata Menbud.
"Di Asia Tenggara, 23 persen warga melaporkan harus membayar suap untuk layanan publik, dan 79 persen pelaku usaha menganggap korupsi sebagai hambatan utama bisnis," tambahnya.
Sebuah jaringan lintas-parlemen di Asia Tenggara, SEAPAC berkomitmen memberantas korupsi melalui kolaborasi lintas negara dan lintas partai.
Pertemuan SEAPAC dihadiri oleh delegasi parlemen dari negara-negara Asia Tenggara serta perwakilan lembaga internasional seperti United Nations Office on and Crime dan United Nations Framework Convention on Climate Change.
(ndt/hn/rs)