KTT ke-43 ASEAN Digelar Saat Jakarta Dikepung Polusi, Panglima TNI Minta BMKG Bikin Hujan Buatan

4 September 2023 - 18:40 WIB
Foto: Kompas

Tribratanewspolri.go.id - Tim gabungan terus melanjutkan operasi teknologi modifikasi cuaca atau TMC di Jabodetabek hingga 9 September 2023. Operasi ini dilakukan untuk menurunkan hujan buatan dan mengurangi polusi udara selama Konferensi Tingkat Tinggi atau KTT Ke-43 ASEAN di Jakarta, 5-7 September 2023.

Koordinator Laboratorium Pengelolaan Teknologi Modifikasi Cuaca Badan Riset dan Inovasi Nasional (BRIN) Budi Harsoyo mengatakan, berdasarkan prakiraan cuaca dari Badan Meteorologi, Klimatologi, dan Geofisika (BMKG), ada potensi pertumbuhan awan hujan pada 7 sampai 10 September. Tim bersiaga menyemai garam (NaCl) jika awan tersebut muncul.

”Operasi TMC diperpanjang hingga 9 September. TMC untuk polusi udara ini sejak awal salah satu fokusnya untuk KTT ASEAN. Mulai tanggal 7 (September) akan membaik lagi potensinya (awan hujan),” kata Budi, Senin (4/9/23).

Operasi TMC ini dilakukan tim gabungan dari BRIN, BMKG, Badan Nasional Penanggulangan Bencana (BNPB); dan TNI AU. Posko operasi TMC dipusatkan di Lanud Halim Perdanakusuma, Jakarta.

Pada Minggu kemarin, aktivitas gelombang atmosfer tidak terpantau aktif di sekitar wilayah Banten, DKI, dan Jawa Barat sehingga tidak memberikan kontribusi terhadap pembentukan awan hujan. Indeks surge berada pada nilai 7,2. Artinya, aktivitas seruakan dingin dari Asia dan angin lintas ekuator tidak signifikan.

Baca Juga:  Jelang KTT ASEAN Ke-43, Polres Jaksel Gencar Operasi Cipta Kondisi

Arah dan kecepatan angin antara angin permukaan hingga lapisan 18.000 kaki umumnya dari utara ke tenggara. Kecepatan anginnya bervariasi, berkisar 2 sampai 34 knot.

Sementara kelembaban di lapisan 850 sampai 500 milibar berkisar 30 sampai 98 persen. Adapun kondisi labilitas dalam posisi stabil hingga labil lemah sedang sehingga potensi hujan dalam kategori lemah dan prediksi air mampu curah berkisar 1 sampai 3 milimeter per tiga jam.

Berdasarkan data tersebut, tim tidak terbang untuk menyemai garam karena tidak terpantau adanya pertumbuhan awan hujan. Oleh karena itu, belum terjadi lagi hujan yang signifikan seperti yang terjadi pada 27 Agustus 2023 lalu.

"Pemantauan awan-awan rendah, awan menengah, maupun awan tinggi juga teramati sangat rendah, sehingga tidak memungkinkan untuk disemai garam," ucapnya.

Tak hanya itu , polusi udara di sekitar Jabodetabek masih buruk pada Senin (4/9/23) pukul 09.00. Berdasarkan Air Quality Index (AQI), Tangerang Selatan berada pada masuk kategori tidak sehat dengan angka 174. Konsentrasi parameter PM 2.5-nya sebesar 87.5 µg/m³ (Mikrogram per meter kubik) atau 17,5 kali lebih tinggi dari batas normal yang ditetapkan WHO.

(ri/hn/nm)

Share this post

Sign in to leave a comment