Tribratanews.polri.go.id – Jakarta. Kementerian Sosial (Kemensos) menggelar pelatihan bagi para wali asuh dan wali asrama Program Sekolah Rakyat agar menjauhi praktik perundungan, kekerasan fisik maupun seksual, serta menerapkan intoleransi dalam mendidik dan mengasuh anak-anak penerima manfaat.
“Bayangkan kalau kita menjadi mereka. Empati sangat dibutuhkan. Jika ada wali yang tidak sanggup menjauhi perundungan, kekerasan, dan intoleransi, lebih baik mengundurkan diri, karena cepat atau lambat pasti ketahuan,” jelas Menteri Sosial (Mensos) Saifullah Yusuf, Selasa (23/9/2025).
Mensos membuka langsung Pelatihan Pengasuhan dan Pengelolaan Asrama Tahap II Sekolah Rakyat itu yang terpusat di Banjarmasin, Kalimantan Selatan, pada 23- 26 September 2025, dan diikuti sebanyak 655 peserta, terdiri atas 536 wali asuh dan 119 wali asrama dari seluruh Indonesia.
Adapun sebanyak 116 peserta hadir langsung di Aula Balai Besar Pendidikan dan Pelatihan Kesejahteraan Sosial (BBPPKS) Banjarmasin, sementara peserta lain mengikuti secara hibrid.
Dalam kesempatan itu Mensos Saifullah Yusuf meminta seluruh wali mengucapkan ikrar bersama untuk menjauhi perundungan, kekerasan, serta intoleransi dalam mendidik dan mengasuh anak-anak penerima manfaat. Hal ini dikarenakan para wali asrama dan wali asuh merupakan ujung tombak pengasuhan di Sekolah Rakyat.
Pelatihan ini dirancang untuk memperkuat kapasitas wali asuh dan wali asrama, mulai dari pola asuh sesuai jenjang pendidikan, standar operasional penanganan kedaruratan, hingga pengelolaan asrama.
“Jadikan pelatihan ini sebagai ladang pengabdian. Kita ingin anak-anak Sekolah Rakyat tumbuh menjadi generasi tangguh, berkarakter, dan siap menghadapi masa depan. Wali asuh dan wali asrama adalah kunci dalam perjalanan ini,” tutup Mensos.
(ndt/hn/rs)