HLF-MSP 2024 Mendorong Investasi di Negara Berkembang dengan Strategi Outbound-Inbound

4 September 2024 - 09:54 WIB

Tribratanews.polri.go.id - Badung, 3 September 2024 – High-Level Forum on Multi-Stakeholder Partnerships (HLF MSP) 2024 kembali mengangkat diskusi kritis mengenai strategi investasi global dengan tema “Unlocking Growth: Overcoming Barriers and Optimizing Investment Returns through Smart Outbound-Inbound Strategies”.

Dalam sesi yang digelar Selasa (3/8/2024), para pakar menyoroti pentingnya strategi investasi yang cerdas untuk menghadapi tantangan global saat ini dan memastikan pengembalian investasi yang optimal, terutama di tengah krisis global yang berlanjut.

Semakin banyaknya negara dari Global South yang berperan aktif dalam aliran modal global dengan menerapkan strategi investasi, menunjukkan pertumbuhan signifikan dalam penanaman modal asing. Artinya outbound dan inbound makin inovatif. Meskipun terjadi penurunan Foreign Direct Investment (FDI) global sebesar 2 persen menjadi USD1,3 triliun pada tahun lalu, beberapa kawasan seperti Asia Tenggara justru menunjukkan peningkatan investasi asing.

Demikian dikatakan Direktur Promosi Asia Timur, Asia Tengah, Asia Selatan, Timur Tengah, dan Afrika Kementerian Investasi/Badan Kordinasi Penamanan Modal (BKPM), Cahyo Purnomo, saat hadir dalam diskusi.

“Di Asia Tenggara, FDI justru meningkat 1,3 persen mencapai USD226 miliar. Ini adalah indikasi positif bahwa, meskipun ada tantangan politik dan ekonomi di kawasan ini, ASEAN tetap menjadi destinasi investasi yang menarik dan berpotensi tumbuh lebih tinggi,” katanya.

Laporan Investasi Dunia 2022 menunjukkan bahwa negara-negara maju mendominasi penerimaan FDI dengan total sekitar USD1 triliun, sedangkan negara-negara berkembang dan kurang berkembang hanya menerima sekitar USD400 juta. Distribusi ini mengindikasikan adanya ketimpangan signifikan dalam aliran FDI, di mana mayoritas investasi masih terkonsentrasi di negara-negara maju, sementara hanya 23 persen yang mengalir ke kawasan Asia-Pasifik.

Selain itu, ada tren yang menunjukkan bahwa investasi dari negara-negara berkembang justru lebih sering mengalir kembali ke negara-negara kuat di Global South atau negara-negara maju di Utara yang memperlebar kesenjangan investasi antara Selatan dan Utara. Faktor-faktor seperti kualitas demografi, infrastruktur yang terbatas, dan minimnya dukungan terhadap investasi asing sering menjadi hambatan utama bagi negara-negara berkembang untuk menarik investasi.

Sesi ini juga menekankan perlunya perubahan pola investasi agar lebih inklusif dan mudah diakses oleh semua negara, sambil tetap menjaga hasil optimal dan ketahanan terhadap fluktuasi ekonomi global. Negara-negara di kawasan Selatan juga didorong untuk menciptakan lingkungan domestik yang lebih kondusif untuk meningkatkan arus investasi asing.

“Penting bagi kita untuk terus mendorong strategi yang dapat mengoptimalkan pengembalian investasi di tengah ketidakpastian ekonomi global. Melalui kebijakan yang tepat dan dukungan infrastruktur yang memadai, negara-negara di Global South dapat meningkatkan daya saing mereka dalam menarik investasi asing yang lebih besar,” tambah Cahyo.

Pada diskusi ini juga terungkap bahwa negara-negara berkembang perlu beradaptasi dengan tren investasi global yang dinamis dan memastikan bahwa strategi outbound-inbound mereka dapat mendukung pertumbuhan ekonomi yang berkelanjutan. Forum ini juga menjadi platform penting bagi negara-negara berkembang untuk berbagi pengalaman dan belajar dari praktik terbaik dalam menarik dan mengelola investasi asing.

(ta/hn/nm) 

Share this post

Sign in to leave a comment