Tribratanews.polri.go.id - Jakarta. Perludem (Pembina Perkumpulan untuk Pemilu dan Demokrasi), Titi Anggraini, mengatakan, perempuan merupakan pemilih yang loyal.
Dalam keterangannya ia menilai kaum perempuan rentan menjadi sasaran praktik jual-beli suara dalam kontestasi politik.
“Jadi kalau disuruh pilih A, ya mereka pilih A. Makanya kemudian mereka (perempuan) lebih rentan menjadi sasaran jual-beli suara (politik),” ujarnya, dilansir dari laman RRI, Senin (9/9/24).
Ia melihat kecenderungan perempuan sebagai pemilih loyal dikarenakan kelompok perempuan lebih banyak berada di rumah. Itu artinya, mereka akan lebih dekat juga ke TPS yang berada di dekat rumah.
“Jadi itu juga yang membuat mereka lebih tertib untuk datang ke TPS. Yang berikutnya, jumlah perempuan hampir setengah total pemilih,” ujarnya.
Baca Juga: Polres Jakbar Berhasil Amankan 11 Remaja Beserta Barang Bukti Diduga Hendak Tawuran
Sebagai informasi, diketahui bahwa partisipasi pemilih perempuan pada kontestasi politik jauh lebih tinggi daripada laki-laki. Baik saat penyelenggaraan Pilkada, Pemilihan Presiden (Pilpres), hingga Pemilihan Legislatif (Pileg).
Jika melihat data KPU RI, partisipasi laki-laki hanya 48 persen, sedangkan perempuan 51 persen lebih. Jumlah partisipasi pemilih perempuan ini, dinilai Titi konsisten dari tahun ke tahun.
Kemudian, beban ganda perempuan membuat perempuan semakin tereksklusi atau terpinggirkan. Ketika informasi dan pendidikan kepemiluan tidak tersampaikan secara aksesibel dan komprehensif.
Tantangan lain yang juga dialami perempuan adalah rentannya dieksploitasi. Karena relasi kuasa atau hubungan yang sifatnya patriarkis.
“Yang terakhir, relasi patriarkis mengakibatkan pemaksaan pilihan kepada perempuan atau anak perempuan itu lebih rentan. Perempuan atau anak perempuan itu lebih rentan dieksploitasi karena relasi kuasa atau hubungan yang sifatnya patriarkal,” tutupnya.
(fa/hn/nm)