Covid 19 Belajar dari "July Nightmare"

8 February 2022 - 12:03 WIB
Tribratanews.polri.go.id - Jakarta. Ancaman Covid-19 menunjukkan trend kenaikan, jangan lagi diperparah dengan berita hoaks. Hari-hari ke depan, barangkali tidak lagi menjadi hari yang indah bagi masyarakat Indonesia. Meningkatnya penambahan kasus harian Covid 19 di negeri ini, tentu menjadi kabar yang tidak lagi hanya sekedar kabar lewat. Berita ini pasti membawa konsekuensi, dimulainya kembali berbagai pembatasan aktifitas sosial, guna mencegah meningkatnya penambahan mereka yang terpapar Covid 19.

Meski sejumlah kalangan medis, sudah menyatakan bahwa varian Omricon yang menjadi pemicu gelombang ketiga Covid 19 di Indonesia, tidak akan seganas Delta atau varian lain sebelumnya, pembatasan aktivitas masyarakat adalah jawaban terbaik agar fasilitas kesehatan dan tenaga kesehatan di negara kita masih mampu mengatasi mereka yang terinfeksi Covid 19 dan membutuhkan perawatan di rumah sakit.

Tentu menjadi tidak mudah, karena orang Indonesia sudah terbawa eforia, mampu melandaikan terjangan Covid 19 hingga jumlah angka penambahan, jumlah pasien dirawat dan jumlah yang meninggal akibat Covid 19 amat kecil dan relatif stabil. Semua pusat belanja, sekolah, rumah ibadah dan tempat wisata sudah dibuka secara penuh, baik kapasitas dan waktunya.Tentu mengajak mereka kembali untuk tinggal di rumah, bekerja dari rumah dan beribadah di rumah saja, bukan perkara bahkan terkadang harus mendapatkan perlawanan.

Belajar dari bulan Juli 2021, kita menghadapi mimpi buruk "July Nightmare" dimana korban kematian akibat paparan Covid hampir 40.000 kasus dan nyaris melumpuhkan sarana kesehatan di negeri ini.

Horor bertambah karena korban Covid sudah sangat dekat dengan keluarga inti kita saat itu. Belum lagi pengumuman berita duka atas kematian bertalu-talu dari semua rumah-rumah ibadah.

Kini, walau dipercaya tidak lagi seganas bulan Juli, tetapi amat bijak, jika semua warga negara menyadari bahwa mereka harus melindungi diri, keluarga dan orang-orang terdekatnya.

Setiap orang bukan saja harus patuh, tetapi juga menjadi penyebar informasi yang benar dan terpercaya, tentang pentingnya mengurangi berbagai aktifitas sosialnya secara langsung dengan tetap mematuhi protokol kesehatan dan mempercepat vaksinasi.

Merujuk pada sebuah teori komunikasi, yang disebut sebagai "two step flow" dalam alur komunikasi, maka komunikasi yang bisa menjangkau masyarakat yang luas dan banyak adalah alur komunikasi yang mendayagunakan setiap penerima pesan, terutama mereka yang menjadi tokoh masyarakat atau influencer pada masa kini, untuk kembali menyebarluaskan pesan tersebut ke masyarakat lainnya.

Jika ini yang dilakukan, kita yakin pasti akan mampu melewati gelombang pandemi, yang kita harapkan menjadi akhir dari keberadaan pandemi Covid 19.

Jadi, jangan malah menyebarluaskan hoaks, yang justru membuat masyarakat semakin bingung menghadapi Covid 19 ini.

Share this post

Sign in to leave a comment