Tribratanews.polri.go.id - Jakarta. Kepala Badan Kependudukan dan Keluarga Berencana Nasional (BKKBN) Hasto Wardoyo menyebut bahwa remaja, khususnya para generasi berencana, harus produktif agar Indonesia bisa menuai bonus demografi.
"Bonus demografi menjadi peluang karena Genre ini harus produktif," ujar Kepala Hasto, Kamis (2/5/24).
Ia menyoroti istilah sandwich generation, yaitu generasi anak-anak muda yang nanti akan menanggung orang tuanya kalau orang tuanya sudah tidak produktif. "Nah, mereka mereka kalau tidak produktif berbahaya, bisa menjadi malapetaka," ujar Kepala Hasto.
Kepala Hasto menilai, untuk mencapai bonus demografi, negara harus bisa memanfaatkan peluang dengan baik, dan penentu bonus demografi ada di tangan para pemuda.
Baca Juga: Gempa Magnitudo 3,7 Guncang Wilayah Kabupaten Demak
Ia mencontohkan beberapa negara maju yang telah sukses meraih bonus demografi. Menurutnya, bonus demografi bisa menjadi pisau bermata dua, karena apabila negara tidak bisa memanfaatkannya, maka masyarakat akan terjebak dalam pendapatan kelas menengah atau middle income trap.
"Korea Selatan, Jepang, sangat sukses menyiapkan bonus demografi, dan negara yang sudah lewat bonus demografi apabila tidak sukses akan terjebak dalam middle income trap, dan hampir tidak akan bisa keluar dari jebakan itu," ungkap Kepala Hasto.
Ia juga mengutarakan bahwa bonus demografi yang dinikmati Indonesia baru dalam bentuk kuantitas penduduk, sehingga masih perlu dioptimalkan melalui peningkatan produktivitas para remaja.
"Kuncinya anak-anak kita Genre (generasi remaja) ini harus cerdas, produktif, maka bangunlah jiwanya, bangunlah badannya, dan kita juga melihat orang yang badannya sempurna belum tentu sukses karena jiwanya kacau, tidak punya semangat, bahkan depresi, gangguan mental," papar Kepala Hasto.
Untuk menjadi remaja yang produktif, sambung dia, penting melakukan perubahan pola pikir atau mindset yang bisa mengubah tatanan masyarakat ke arah yang lebih baik.
"Genre tidak cukup hanya melakukan aksi dan inovasi, tetapi harus melakukan revolusi, karena revolusi itu bukan berarti perang atau konflik, tetapi mengubah mindsetnya," tambah Kepala Hasto.
"Hari ini, kita belum suksesnya karena mindset, stunting pun belum bisa turun dengan signifikan karena belum berubahnya mindset, mindset yang bereproduksi, bersanitasi, dan pola makan atau konsumsi. Mindset-mindset ini bisa diubah dari anak muda. Pesan utamanya itu," lanjut Kepala Hasto.
Ia juga berharap, Genre dapat membangun kesadaran di antara teman-temannya melalui sekolah siaga kependudukan tentang kesehatan reproduksi.
"Saya berharap Genre ini yang bisa cerita kepada siswa, mahasiswa, dan remaja (tentang pembangunan kependudukan, keluarga berencana, dan program-program Genre). Saya berharap lebih ke edukasi kesehatan reproduksi," tutup Kepala Hasto.
(ndt/hn/nm)