Tribratanews.polri.go.id – Palu. Kasatgas Humas Operasi Madago Raya Kombes Pol. Didik Supranoto, menginformasikan masa pelaksanaan operasi Madago Raya Tahap Tiga yang berakhir pada 30 September 2021 telah diperpanjang mulai 1 Oktober hingga akhir Desember 2021. Operasi Madago Raya yang dimulai sejak 1 Januari 2021 itu diperpanjang setiap tiga bulan.
Didik menjelaskan bahwa tidak ada penambahan personel TNI maupun Polri dari jumlah personel satgas saat ini yang mencapai 1.500 personel gabungan yang terlibat dalam pengejaran kelompok teroris Mujahidin Indonesia Timur (MIT).
“Jadi kalau operasi Madago Raya tahap tiga tanggal 30 September ini sudah berakhir (namun) tetap diperpanjang sampai tahap berikutnya ke tahap empat, (selama) tiga bulan ke depan. Mudah-mudahan dengan perpanjangan ini permasalahan Poso bisa segera diselesaikan,” jelas Kasatgas Humas Operasi Madago Raya.
Operasi Madago Raya tahap empat fokus pada pengejaran empat orang sisa DPO dari kelompok MIT yang disinyalir berada di hutan pegunungan Kabupaten Poso, Sigi dan Kabupaten Parigi Moutong. Keempat teroris itu adalah Askar alias Jaid alias Pak Guru, Muhklas alias Galuh alias Nae, Ahmad Gazali alias Ahmad Panjang, dan Suhardin alias Hasan Pranata.
Kasatgas Humas Operasi Madago Raya menjelaskan, Satgas Madago Raya juga membentuk pos sekat untuk mencegah kelompok itu turun kembali ke pemukiman masyarakat, dan sekaligus mencegah simpatisan kelompok itu naik ke pegunungan untuk memberikan bantuan logistik. Selain itu turut dilakukan kegiatan edukasi kepada masyarakat agar tidak terpengaruh dengan ajakan untuk melakukan tindakan radikalisme.
Direktur Celebes Institute Sulawesi Tengah, Adriani Badra, menilai perlu ada pelibatan masyarakat untuk memastikan tidak ada lagi dukungan logistik kepada keempat teroris itu. Pasca tewasnya Ali Kalora, kelompok itu telah kehilangan kepemimpinan dan kemampuan penguasaan medan di hutan luas di Kabupaten Poso, Sigi dan Parigi Moutong, tambah Adriani.
“Kita berharap benar-benar operasi ini dapat menyelesaikan atau menangkap para DPO yang tersisa empat tetapi juga sangat penting dilakukan adalah melakukan counter (anti) gerilya artinya mendorong masyarakat meyakini (bahwa) keempat orang ini tidak mengetahui medan lagi, tidak ada kepemimpinan, persenjataan dan logistik yang minim, jadi tidak memberikan akses logistik maupun tempat,” Direktur Celebes Institute Sulawesi Tengah.