Tribratanews.polri.go.id - Jakarta. Kanker nasofaring merupakan kanker yang berkembang di jaringan nasofaring, yang terletak di belakang rongga hidung dan di balik langit-langit rongga mulut. Kanker nasofaring termasuk golongan kanker ganas yang cukup umum terjadi.
Kanker nasofaring terjadi ketika sel-sel pada hidung dan di atas tenggorokan berkembang biak sampai tidak terkendali. Akibatnya, sel tersebut membentuk massa atau tumor yang ganas.
Dilansir dari berbagai sumber, Rabu (29/11/23), berikut sederet penyebab kanker nasofaring yang perlu kamu waspadai, antara lain:
1. Infeksi virus Epstein-Barr (EBV)
Salah satu faktor risiko utama pemicu kondisi ini adalah virus Epstein-Barr (EBV). Virus ini sangat infeksius ketika memasuki hidung dan atas tenggorokan.
Awalnya, virus akan menetap dalam sel-sel nasofaring. Lambat laun, EBV akan memicu perubahan genetik yang mengembangkan kanker.
Baca Juga: Waspada! Ini Sederet Efek Samping Jika Meminum Rebusan Daun Sirsal bagi Tubuh
2. Genetik
Mayoritas penyakit kanker memang diturunkan secara genetik. Jadi, jika ada riwayat kanker nasofaring dalam keluarga, risiko individu terkena kondisi ini mungkin lebih tinggi.
Sayangnya, genetik adalah salah satu faktor yang tidak dapat dicegah maupun dikendalikan.
3. Pola makan
Diet dan asupan nutrisi juga dapat berperan dalam risiko terkena kondisi ini. Studi menunjukan kalau konsumsi makanan tertentu, bisa meningkatkan risiko kanker nasofaring.
Sebagai contoh, konsumsi makanan yang tinggi garam dan makanan yang dibakar bisa meningkatkan potensi kanker.
4. Kebiasaan merokok dan minum alkohol
Merokok dan konsumsi alkohol adalah faktor risiko utama berbagai jenis kanker, termasuk nasofaring.
Paparan berkepanjangan terhadap asap rokok dapat merusak sel-sel nasofaring dan meningkatkan risiko perkembangan kanker.
Konsumsi alkohol secara berlebihan juga dapat memengaruhi risiko kanker nasofaring. Alkohol adalah zat karsinogen sehingga bisa memicu mutasi genetik pada sel dan memicu kanker.
5. Paparan bahan kimia
Paparan karbon polisiklik aromatik (PAHs) dalam lingkungan tertentu juga telah dikaitkan dengan peningkatan risiko kondisi ini.
PAHs adalah senyawa kimia yang dihasilkan oleh pembakaran bahan organik, seperti kayu, batu bara, dan minyak bumi.
Seseorang yang terpapar PAHs secara terus-menerus, terutama melalui pekerjaan atau lingkungan di mana mereka tinggal, lebih berpotensi terkena kanker nasofaring.
Paparan serat asbes juga telah dikaitkan dengan peningkatan risiko kanker nasofaring.
Asbes adalah mineral yang digunakan dalam berbagai industri dan konstruksi. Orang yang terpapar serat asbes, terutama melalui pekerjaan tertentu, juga lebih berisiko mengidap kondisi ini.
Bukan hanya asbes, formaldehida juga bisa memicu kanker. Senyawa kimia ini ternyata banyak digunakan untuk produk konsumen, termasuk produk perawatan pribadi dan produk pembersih.
6. Paparan radiasi
Terlalu banyak atau terlalu sering terpapar radiasi juga bisa memicu kanker. Sebagai contoh, pengobatan radioterapi kepala dan leher, berisiko menyebabkan kondisi ini.
Bagi mereka yang pernah menjalani radioterapi di daerah kepala dan leher, dokter perlu memantau kondisi individu tersebut untuk memastikan ia tidak mengembangkan kanker.
(sy/pr/nm)