Tribratanews.polri.go.id - Jakarta. Pusat Pengendalian dan Pencegahan Penyakit (CDC) melaporkan sub-varian BA.4 dan BA.5 diduga menyumbang 70 persen lonjakan kasus Covid-19 di Amerika Serikat sejak 2 Juli.
Reuters melaporkan, sejauh ini BA.4 menyumbang 16,5 persen dari varian di AS, sementara BA.5 tercatat 53,6 persen dari kasus yang terkonfirmasi.
Padahal 25 Juni lalu sub-varian BA.4 dan BA.5 mencapai 52 persen.
Pakar kesehatan menilai sub-varian ini lebih mudah bermutasi dan sulit terdeteksi di tubuh.
"Sub-varian Omicron BA.4 dan BA.5 bahkan lebih bermutasi daripada Omicron asli, yang berarti bahwa sistem kekebalan kita mengalami kesulitan mengenali sub-varian baru ini, terlepas dari apakah kita sebelumnya telah divaksinasi atau terinfeksi," ujar ahli penyakit menular Universitas New York, Celine Gounder dikutip The Hill.
Gounder juga menilai petunjuk awal bahwa sub-varian Omicron BA.4 dan BA.5 mungkin lebih mematikan atau menyebabkan penyakit yang lebih parah dari Omicron asli.
Badan Makanan dan Obat-obatan (FDA) merekomendasikan agar perusahaan vaksin Covid-19 mengubah komponen suntikan booster mereka mulai musim gugur itu. Langkah itu dianggap perlu untuk melawan BA.4 dan BA.
Gounder menekankan masyarakat tak perlu menunggu vaksin terbaru untuk mendapat suntikan booster.
"Vaksin yang diperbarui tak akan tersedia paling cepat hingga Oktober. Itu lebih dari empat bulan lagi. Itu risiko yang besar," ujar dia.