Tribratanews.polri.go.id - Bali. Bareskrim Polri mengungkap laboratorium narkoba yang beroperasi di Bali. Pengungkapan ini sebagai wujud nyata Asta Cita pemerintah dalam pemberantasan narkoba.
Kabareskrim Polri, Komjen. Pol. Wahyu Widada, mengungkap bahwa kasus ini berawal dari penemuan 25 kilogram narkoba di Yogyakarta yang rencananya akan dikirim ke Belanda. Saat dilakukan penyidikan lebih dalam, narkoba tersebut diketahui diproduksi dari clandestine laboratorium di Bali.
Komjen. Pol. Wahyu mengatakan, pengungkapan ini bisa dilakukan berkat kerja sama dengan Direktorat Jenderal (Dirjen) Bea Cukai. Kerja sama ini pun membuahkan hasil usai dilakukan profiling keluar masuknya barang.
“Berbagai pengungkapan narkoba yang telah dilakukan saat ini merupakan bagian dari perlindungan Polri kepada masyarakat Indonesia dari bahaya narkoba, khususnya generasi muda dalam mewujudkan visi Indonesia Emas 2045,” ungkap Kabareskrim dalam konferensi pers, Selasa (19/11/24).
Dijelaskan Kabareskrim, barang bukti yang disita mencapai Rp1.521.408 juta dengan potensi menyelamatkan 1,4 juta jiwa dari ancaman narkoba. Selain itu, 18 Kg hashish (kemasan silver), 12,9 Kg hashish (kemasan emas), 35.000 butir pil Happy Five, dan bahan baku yang cukup untuk memproduksi lebih dari 2 juta pil dan ribuan batang hashish.
"Ini pengungkapan pertama laboratorium hashish di Indonesia. Polri akan terus berupaya memerangi narkoba untuk melindungi generasi bangsa," ujarnya.
Dipaparkan Kabareskrim, laboratorium tersebut diketahui berpindah-pindah untuk menghindari deteksi, dengan bahan baku sebagian besar diimpor dari luar negeri. Jaringan ini diketahui menggunakan pods system yang biasanya digunakan untuk vaping, tetapi dimodifikasi untuk konsumsi hashish cair.
"Modus ini menyasar generasi muda dengan memanfaatkan tren teknologi. Kami mengimbau orang tua untuk lebih waspada terhadap perangkat seperti ini," ungkap Kabareskrim.
Polri mengungkap jaringan ini dikendalikan oleh seorang WNI berinisial DOM yang kini berstatus buron (DPO). Produksi hashish direncanakan untuk diedarkan secara besar-besaran pada perayaan Tahun Baru 2025 di Bali, Jawa, hingga pasar internasional.
Dalam penggerebekan, empat tersangka berinisial MR, RR, N, dan DA berhasil ditangkap. Mereka bertugas sebagai peracik dan pengemas narkoba.
Para tersangka dijerat dengan Pasal 114 Ayat 2 dan Pasal 112 Ayat 2 juncto Pasal 132 Ayat 2 UU Nomor 35 Tahun 2009 tentang Narkotika serta Pasal 59 Ayat 2 UU Nomor 5 Tahun 1997 tentang Psikotropika. Ancaman hukuman maksimal yang dijatuhkan berupa hukuman mati, penjara seumur hidup, atau pidana 20 tahun, serta denda hingga Rp 10 miliar. Jika terbukti melakukan pencucian uang, mereka juga akan dijerat UU Tindak Pidana Pencucian Uang dengan ancaman pidana maksimal 20 tahun.
Polri pun mengingau masyarakat untuk terus waspada terhadap modus-modus baru peredaran narkoba dan melaporkan indikasi aktivitas mencurigakan di lingkungannya.
"Kami tidak bisa bekerja sendiri. Dengan dukungan stakeholder dan masyarakat, kami optimis cita-cita Indonesia Bebas Narkoba dapat tercapai," ujar Komjen. Pol. Wahyu.
(ay/hn/nm)